Helmy mengungkapkan pihaknya kini fokus pada penguatan pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir. Salah satunya dengan mengaktifkan kembali bank sampah berbasis RT/RW yang terintegrasi dengan program Tanami Tanata dan urban farming.

“Pak Wali sudah menginstruksikan agar setiap RT/RW mulai melakukan pengolahan sampah, baik melalui biopori, eco enzyme, maggot, maupun komposter. Semua ini akan kita integrasikan dengan gerakan urban farming yang sudah kita inisiasi,” tambah Helmy.

Untuk mendukung target capaian 51,2% pengelolaan sampah pada 2025, DLH juga menyiapkan 10 ribu komposter rumah tangga, 100 ribu biopori, dan mengembangkan sentra maggot.

Sentra ini akan mulai dibangun di beberapa kecamatan, seperti Panakkukang yang telah disiapkan pasca kunjungan Wakil Wali Kota Makassar.

Helmy menegaskan, penguatan pengolahan sampah tidak hanya dilakukan di daratan, tetapi juga di pulau-pulau. Beberapa metode seperti penggunaan insinerator berstandar lingkungan juga sedang dikaji untuk pengelolaan residu sampah. Target besar kita adalah Makassar Bebas Sampah 2029.

“Karena itu, semua upaya baik pengurangan di sumber, pengolahan, hingga penyediaan sarana harus kita kerjakan secara masif mulai 2025 hingga 2026 mendatang,” pungkasnya. (HL)