Dengan prinsip kolaborasi, Pemkot Makassar tidak hanya menata fisik kota, tetapi juga membangun budaya hidup sehat. Semua langkah ini diintegrasikan melalui platform digital “Makassar Apps For All”, yang memudahkan akses layanan kesehatan, pengaduan, dan partisipasi warga.
Munafri juga menyatakan kesiapannya menerima masukan konstruktif dari tim verifikasi. “Kalau ada hal yang masih kurang, kami siap memperbaiki. Kalau ada yang sudah baik, harus dipertahankan bahkan ditularkan ke wilayah lain,” ujarnya.
Dia bahkan memberikan sinyal tegas dengan menyatakan siap memberikan sanksi jika ada program yang tidak berjalan optimal, yang menjadi tugas Ketua FKS.
Di tempat yang sama, Andi Anugera, Ketua Tim Validasi, menjelaskan bahwa proses penilaian telah berlangsung secara bertahap. Dia menegaskan bahwa posisi Makassar sangat strategis.
“Makassar adalah barometer pembangunan di Indonesia Timur. Karena itu, validasi ini penting untuk memastikan apa yang tertuang dalam dokumen benar-benar sesuai dengan kondisi riil di lapangan,” kata Andi.
Dia menambahkan, sebagai kota metropolitan, Makassar harus dipandang sejajar dengan Jakarta, Surabaya, atau Medan. Timnya akan memastikan bahwa indikator Kota Sehat telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Makassar.
Andi juga mengungkapkan kabar menggembirakan bahwa Kementerian sedang mengupayakan penyerahan penghargaan Swasti Saba 2025 dapat dilakukan langsung oleh Presiden RI di Istana Negara.
“Tentu ini akan menjadi motivasi besar bagi kabupaten/kota penerima, termasuk Makassar,” pungkasnya.
Kunjungan verifikasi lapangan ini dijadwalkan berlangsung hingga Jumat (3/10/2025), dengan meninjau sejumlah lokus, termasuk Kecamatan Panakukang. Hasil penilaian ini akan menentukan kelayakan Makassar meraih kembali penghargaan Swasti Saba. (HL)