Rastranews.id, Makassar– Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin (Unhas) menyelenggarakan Festival Titik Koma dengan tema “Kesehatan Mental Itu Hak Setiap Manusia, Tanpa Stigma, Tanpa Pengecualian”.

Festival yang akan berlangsung di Hotel Unhas, mulai 7 hingga10 Oktober 2025, merupakan langkah nyata Unhas mengedukasi mahasiswa tentang kesehatan mental dan penanganan trauma akibat kekerasan maupun perundungan.

Kepala Pusat Disabilitas Unhas, Ishak Salim menjelaskan, kegiatan ini bukan sekedar perayaan, tetapi juga ruang refleksi dan pembelajaran bersama untuk memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental.

“Festival ini menjadi momentum untuk menegaskan bahwa setiap individu berhak mendapatkan dukungan emosional dan sosial tanpa harus merasa malu atau takut. Isu kesehatan mental bukan hal tabu untuk dibicarakan,” ucap Ishak.

“Justru, melalui pemahaman dan empati, kita dapat menciptakan lingkungan kampus yang lebih inklusif dan saling peduli,” sambung Ishak.

Lebih lanjut, Ishak menjelaskan, masih banyak mahasiswa yang enggan mencari bantuan ketika menghadapi tekanan psikologis atau pengalaman traumatis, karena khawatir akan penilaian negatif dari orang lain.

Melalui Festival Titik Koma, Unhas berupaya membuka ruang dialog yang aman dan ramah bagi siapa pun yang ingin berbagi cerita, menemukan dukungan, serta memperoleh akses terhadap pendampingan profesional.

Dalam sesi pemaparan materi, Fadhlan Syah Nu’man selaku narasumber menekankan pentingnya memperkuat sistem perlindungan di lingkungan pendidikan sebagai langkah preventif terhadap berbagai bentuk kekerasan.

“Satu kasus kekerasan seksual saja sudah terlalu banyak. Oleh karena itu, kesadaran korban untuk berani melapor sangat penting agar pelaku dapat ditindak dan pencegahan bisa dilakukan,” jelas Fadhlan.

Rangkaian pembukaan Festival Titik Koma diwarnai dengan berbagai kegiatan inspiratif yang menggabungkan unsur edukasi, ekspresi diri, dan inklusi sosial. Kegiatan diawali dengan Art Therapy yang dipandu oleh Nur Hafidzah, S.Psi, M.Psi.

Selanjutnya, terdapat kegiatan diskusi bertema “Dealing and Healing with Trauma” bersama Fadhlan Syah Nu’man, yang membahas pentingnya memahami proses pemulihan mental pascatrauma serta membangun sistem dukungan yang aman di lingkungan kampus.

Festival ini juga menghadirkan kelas sketsa yang dipandu oleh Shanti Yani dari Indonesia Sketchers Makassar. Kegiatan ini menjadi ruang kreatif bagi peserta untuk mengekspresikan perasaan melalui goresan gambar.

Sebagai penutup sesi pembukaan, perwakilan mahasiswa difabel Unhas menampilkan lagu isyarat yang memukau. Penampilan tersebut menjadi simbol kuat tentang ekspresi tanpa batas, sekaligus wujud nyata dari semangat keberagaman dan inklusi yang diusung dalam Festival Titik Koma.

Melalui Festival Titik Koma, Pusat Disabilitas Unhas berharap dapat menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa kesehatan mental merupakan hak setiap individu tanpa terkecuali, serta mendorong terciptanya lingkungan kampus yang aman, inklusif, dan bebas stigma.

Selain itu, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk membangun ekosistem kampus dan komunitas yang inklusif terhadap isu kesehatan mental, menyediakan ruang aman untuk bercerita, serta mendorong kolaborasi lintas bidang demi keberlanjutan proses pemulihan.(JY)