Sebagai wujud integrasi antara urban farming dan prinsip ekologi berkelanjutan, Pemkot Makassar juga mengembangkan pengelolaan limbah organik melalui.

Budidaya magot sebagai pengurai alami limbah organik, penggunaan komposter rumah tangga, yang terhubung dengan edukasi lingkungan.

Serta, kolaborasi lintas dinas, khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk integrasi sistemik.

Selain itu, bidang peternakan juga mengaktifkan layanan Animal Care, yaitu pendampingan kesehatan dan manajemen hewan ternak skala rumah tangga.

“Kolaborasi seperti ini perlu terus diperluas. Kami dari dinas sangat mengapresiasi keterlibatan komunitas pemuda yang turut menjadikan urban farming sebagai gerakan sosial dan pendidikan,” ujarnya.

Berikut sebaran lahan pertanian aktif di Kota Makassar:

– Kecamatan Manggala: 469 hektare
– Tamalate: 342 hektare
– Tamalanrea: 307 hektare
– Biringkanaya: 288 hektare
– Panakkukang: 29 hektare
– Tallo: 18 hektare
– Rappocini: 7 hektar

181 Kelompok Wanita Tani (KWT) Hortikultura

– 79 Kelompok Tani Pangan
– 15 Kelompok Peternak
– 53 Kelompok Pembudidaya Ikan
– 130 Kelompok Pengolah Produk Pangan.