Rastranews.id, Palopo – Sebuah video beredar luas di media sosial memperlihatkan dugaan tindak kekerasan di salah satu pondok pesantren (Ponpes) di Kota Palopo, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Dalam rekaman itu, terlihat seorang pria yang disebut-sebut sebagai pembina pesantren berinisial Prof S menampar seorang santri.
Tidak hanya santri, seorang remaja MK (14) yang hadir sebagai qori dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di pesantren tersebut juga menjadi korban.
Peristiwa itu terjadi pada Jumat malam (12/9) dan dilaporkan ke Polres Palopo keesokan harinya.
Menurut penuturan kerabat korban, Musdalipa Arif, MK hadir karena mendapat undangan untuk menjadi qori di acara Maulid tersebut.
Saat berwudu menjelang salat Isya, ia berpapasan dengan pria berinisial S yang disebut merupakan pimpinan pesantren, kala itu korban berniat bersalaman.
Namun, niat baik itu justru dibalas dengan tamparan keras di wajah.
“Anak saya bukan santri di situ, hanya datang karena di undang sebagai qori. Waktu mau salaman, malah ditampar. Setelah itu dia sempat gelap penglihatan dan sempoyongan,” ujar Musdalipa.
Adik MK yang ikut mendampingi juga hampir menjadi korban serupa.
“Adiknya kaget lihat kakaknya ditampar. Padahal dia juga mau salaman. Tapi Prof S sudah mau maju untuk menamparnya juga,” tambahnya.
Akibat tamparan tersebut, wajah MK mengalami lebam dan bengkak di bawah mata. Korban sudah menjalani visum dan hasilnya turut dilampirkan dalam laporan ke polisi.
“Bengkaknya sampai ke luar, bawah matanya lebam. Visum sudah ada dan laporan ke polisi masuk sejak Sabtu,” jelas Musdalipa.
Selain luka fisik, korban kini mengalami trauma dan enggan kembali tampil membaca Al-Quran di depan umum.
“Ponakan saya sekarang takut, padahal sebelumnya sudah terbiasa membaca Al-Quran di berbagai pengajian,” ucapnya.
Keluarga melaporkan peristiwa ini ke polisi karena dugaan kekerasan serupa disebut kerap terjadi di pesantren.
Beberapa santri mengaku sering mendapat perlakuan kasar dari S ketika dirinya marah.
“Santri bilang kalau dia marah suka memukul atau menampar. Jadi bukan sekali ini saja. Itu sebabnya kami tidak bisa diam,” tegas Musdalipa.
Ia menambahkan, laporan dibuat olehnya karena orang tua korban dalam kondisi sakit jantung dan tidak sanggup mendengar langsung kejadian tersebut.
“Malam itu orang tuanya hampir sesak napas dengar anaknya ditampar. Jadi saya yang turun langsung melapor,” jelasnya.
Kasat Reskrim Polres Palopo, Iptu Syahrir, membenarkan laporan tersebut. Kata dia pihaknya sementara masih melakukan penyelidikan.
“Tim piket sudah melakukan penyelidikan,” katanya singkat. (MA)