MAKASSAR, SULSEL – Pangdam XIV/Hasanuddin, Mayjen TNI Windiyatno, memimpin Apel Gelar Batalyon Komposit Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (PRCPB) di Lapangan M. Yusuf, Makodam, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (23/7/2025).

Apel ini merupakan bentuk sinergi lintas instansi untuk memperkuat kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana di Sulawesi Selatan.

Kegiatan ini melibatkan berbagai unsur, termasuk TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Pemadam Kebakaran, serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Taruna Siaga Bencana (Tagana) juga turut berpartisipasi sebagai first responder yang siap tanggap dalam penanggulangan bencana.

Dalam amanatnya, Mayjen Windiyatno mengingatkan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana, seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran hutan serta lahan. Hal ini sesuai dengan Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI).

Pangdam menekankan pentingnya penataan dan perencanaan yang matang dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana untuk meminimalisir kerugian dan membantu korban yang terdampak.

“Oleh karena itu, apel gelar ini bertujuan untuk mengecek kesiapan Satgas yang tergabung dalam Batalyon Komposit PRCPB, baik dari segi personel maupun materiil,” ungkap Pangdam.

Sebelumnya, BMKG melansir Provinsi Sulawesi Selatan masuk wilayah yang disebut berpotensi mengalami cuaca ekstrem, selain Pulau Jawa bagian barat dan tengah, termasuk Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

Tidak hanya itu, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku Tengah, dan Papua bagian tengah serta utara juga berpotensi mengalami cuaca ekstrem.

BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat, angin kencang, dan kilat/petir yang bisa memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, pohon tumbang, hingga gangguan transportasi.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menyampaikan bahwa curah hujan tinggi akan terus terjadi selama musim kemarau tahun ini. Fenomena ini disebut sebagai kemarau basah, di mana hujan turun lebih sering dari biasanya dalam periode kemarau.