Rastranews.id, Makassar – Di balik laporan angka kasus HIV yang terlihat tinggi di Sulawesi Selatan, tersimpan sebuah narasi yang berbeda. Ini adalah cerita tentang upaya deteksi dini yang mulai membuahkan hasil.

“Angka penemuan kasus yang signifikan justru menunjukkan bahwa proses deteksi kita berjalan dengan baik,” kata Muhammad Yusri Yunus, Kepala Bidang P2P Dinkes Sulsel.

Pernyataannya menggarisbawahi capaian program skrining masif yang telah menjangkau hingga ke tingkat puskesmas, menghasilkan lebih dari 1.100 kasus baru yang terdeteksi lebih awal pada 2025.

Peta sebaran kasus menunjukkan Kota Makassar sebagai episentrum dengan 563 kasus. Yusri menjelaskan, logika penularan penyakit menjadi penyebabnya.

“Semakin tinggi populasi, semakin tinggi potensi penularannya.” Namun, di balik angka-angka statistik wilayah ini, tersembunyi tantangan yang lebih kompleks.

Tantangan terberat justru ada pada faktor manusia. Dengan 572 kasus, kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL) masih menjadi faktor risiko dominan.

Yusri mengakui bahwa pendekatan kepada kelompok ini tidak bisa dilakukan secara biasa. “Kami cukup kewalahan dan memerlukan advokasi yang kuat, baik secara individu, keluarga, maupun kelompok,” ujarnya.

Pendekatan edukatif yang menggabungkan moral, sosial, dan teknologi informasi menjadi kunci untuk membangun kesadaran.

Upaya Sulsel tidak berhenti pada menemukan kasus. Sebuah jaringan penanganan dari hulu ke hilir sedang diperkuat.

Layanan ARV gratis, kolaborasi dengan LSM, dan pemberdayaan puskesmas adalah bagian dari strategi ini. Yusri menutup dengan harapan akan kolaborasi yang lebih luas.

“Ini kami mohon bantuan untuk sosialisasi. Layanan kita sudah cukup bagus, tinggal bagaimana masyarakat mau memanfaatkannya,” pesannya, mengajak semua elemen masyarakat untuk turut serta dalam upaya #SalingJagaSesamaWarga. (HL)