Azmach Febriany mengaku tidak bisa menahan haru ketika pertama kali melihat putrinya bertugas di Istana.

“Pas ketemu tadi, dia hanya menangis. Setelah lebih dari satu bulan tidak bertemu dan tidak berkomunikasi sama sekali, rasanya luar biasa. Saat melihat langsung ia membawa baki, tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata,” ucapnya.

Info Aliah menjadi pembawa baki sore baru diketahuinya sesaat setelah mengambil undangan. “Tadi pagi, setelah mengambil undangan. Gak nyangka pastinya, kayak mau memastikan saat sore aja pas liat langsung,” tambahnya.

Bahwa perjuangan panjang itu menjadi kebanggaan tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi masyarakat Sulawesi Selatan.

“Di mana pun posisi Aliah ditempatkan, kami sudah sangat bangga. Apalagi sampai membawa baki, itu sesuatu yang tak bisa dideskripsikan lagi,” tuturnya.

Selama mendampingi putrinya mengikuti proses seleksi dan pelatihan, Azmach lebih banyak memberikan dukungan mental.

“Kami tidak pernah menekan, hanya minta dia tunjukkan yang terbaik. Jangan cepat berbangga hati, tetap rendah diri di keadaan apa pun. Dukungan materi juga tentu ada, tapi yang utama adalah mental,” katanya.

Meski sesekali khawatir dengan beban tanggung jawab besar di usia muda, Azmach percaya putrinya mampu. “Saya tahu dia pribadi yang bertanggung jawab. Sejak kecil ia sudah terbiasa menjaga adik-adiknya, jadi saya yakin ia bisa diberi tanggung jawab sebesar ini,” ujarnya.