Rastranews.id, Makassar – Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menegaskan bahwa kolaborasi sinergis antara ulama (pemimpin agama), umara (pemerintah), dan umat merupakan fondasi utama mewujudkan pembangunan Kota Makassar.
Tidak hanya maju secara infrastruktur, tetapi juga religius, berkarakter, dan berkelanjutan. Pernyataan ini disampaikannya sebagai pembicara kunci dalam Diskusi Bulanan Ikatan Masjid Mushalla dan Majelis Taklim (IMMIM), Sabtu (4/10/2025).
Dalam acara yang juga diselenggarakan pelantikan pengurus Lembaga Dakwah IMMIM dan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar itu, Munafri mengibaratkan ketiga pilar tersebut sebagai sebuah ekosistem yang saling melengkapi.
“Ulama adalah penuntun moral dan penjaga nilai. Umara (pemerintah) pelaksana kebijakan dan program. Sementara umat adalah pelaku sekaligus penerima manfaat pembangunan. Kolaborasi erat ketiga elemen ini adalah kekuatan besar untuk menjadikan Makassar kota maju yang tetap berpegang pada nilai luhur,” tegas Munafri.
Politisi Golkar ini memperingatkan bahwa tanpa kolaborasi, pembangunan akan berjalan pincang. “Jika ulama berjalan sendiri tanpa dukungan umara, pesan dakwah tidak maksimal. Sebaliknya, pemerintah tanpa dukungan ulama juga akan kehilangan arah moral. Karena itu, pertemuan seperti ini vital untuk membangun keseimbangan sosial,” ujarnya.
Munafri juga menyoroti pentingnya adaptasi di era transformasi digital. Ia mendorong para mubalig untuk memanfaatkan platform digital guna menjangkau generasi muda secara efektif.
“Dakwah hari ini bisa dilakukan di berbagai platform digital. Bahkan, sebagian mubalig sudah memiliki penghasilan dari sana. Ini positif, asalkan kontennya dapat dipertanggungjawabkan dan tidak saling menjatuhkan,” jelas Munafri.
Ia pun meminta IMMIM memberikan rambu-rambu dan evaluasi agar dakwah digital tetap berada pada koridor yang benar dan menjaga marwah ulama.
Selain itu, Munafri mendorong agar masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat pemberdayaan umat.
Salah satu poin penting yang digarisbawahi Wali Kota adalah perlunya revolusi dalam kurikulum pendidikan dasar. Menurutnya, alokasi dua jam pelajaran agama per minggu dinilai tidak cukup untuk membentuk karakter anak.
“Percuma anak-anak cerdas secara akademik jika tidak memiliki akhlak yang baik. Kita tidak bisa berasumsi semua anak berasal dari rumah tangga yang ideal,” ungkap Munafri.
Sebagai solusi, Pemkot Makassar berencana meramu kurikulum baru yang mengedepankan pendidikan akhlak, agama, serta kearifan lokal Bugis-Makassar.
“Kami akan libatkan ahli pendidikan, ulama, dan tokoh masyarakat untuk menyusun kurikulum yang menguatkan nilai-nilai seperti sipakatau (saling memanusiakan), siri’ na pacce (rasa malu dan empati), dan tabe (sopan santun). Karakter inilah yang akan menjadi backbone atau tulang punggung dari ilmu pengetahuan,” paparnya.
Sebagai bukti komitmen, acara ditutup dengan penandatanganan MoU antara IMMIM dan Pemkot Makassar. Kesepakatan ini menjadi tonggak sejarah bagi penguatan kolaborasi dalam bidang dakwah, pendidikan, dan pembinaan sosial keagamaan di kota ini.
“Kami dari Pemerintah Kota Makassar akan terus memberikan dukungan kepada ulama dan mubalig. Menyelesaikan persoalan sosial masyarakat membutuhkan pendekatan dakwah yang berkesinambungan,” tutup Munafri.
Acara yang dihadiri oleh Kadis Kominfo Moh Roem, Kadis Pendidikan Achi Soleman, dan Kabag Kesra ini diharapkan dapat melahirkan gagasan-gagasan konkret sebagai masukan bagi kebijakan Pemkot Makassar ke depan. (HL)