Bukan hanya dengan Hasan Nasbi, salah satu momen paling ramai diperbincangkan publik adalah adu komentar antara Purbaya dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terkait dana pemerintah daerah yang mengendap di bank.
Saat Dedi meminta klarifikasi, Purbaya dengan santai menjawab bahwa dirinya tak perlu berkoordinasi langsung karena data sudah tersedia secara sistematis.
“Saya bukan pegawai Pemda Jabar. Kalau mau di cek, ya periksa sendiri. Datanya kan dari sistem monitoring BI yang dilaporkan perbankan secara rutin,” tegas Purbaya.
Komentar itu menuai reaksi beragam di media sosial, sebagian menilai terlalu keras, sebagian lain menyebutnya jujur dan apa adanya.
Tak hanya soal dana Pemda Jawa Barat, Purbaya juga menanggapi terkait restrukturisasi utang proyek Kereta Cepat (Whoosh).
Ia dengan tegas mengatakan enggan ikut campur dalam urusan tersebut.
“Saya enggak ikut. Memang sebisa mungkin saya biarkan mereka selesaikan secara bisnis ke bisnis,” ucapnya.
Sikap ini memperkuat citra Purbaya sebagai menteri yang tegas dan enggan bermain aman, meski kadang menimbulkan kontroversi.
Meski gaya komunikasinya kerap dianggap “keras”, sejumlah pihak menilai Purbaya tetap profesional.
Wakil Ketua Umum PAN Edi Suparno menilai Purbaya memiliki integritas tinggi dan masih berada di jalur kompetensinya sebagai ahli keuangan.
“Beliau itu profesional di bidang keuangan. Sekarang masuk ke birokrasi untuk mengurus perbendaharaan negara. Saya tidak melihat ada niat politik di balik langkah-langkahnya,” jelas Edi.
“Kami berharap Purbaya bisa memanfaatkan dukungan masyarakat dan kepercayaan Presiden untuk menghasilkan kinerja yang optimal,” lanjutnya.
Sebagai tangan kanan Presiden Prabowo di bidang keuangan, Purbaya kini memikul tugas besar untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8 persen.
Target ambisius itu disebutnya akan diwujudkan secara bertahap melalui reformasi fiskal dan efisiensi anggaran negara.

