Makassar – Di tengah situasi nasional yang memanas pasca-insiden berdarah di Makassar dan beberapa daerah, dunia sepak bola Indonesia turut menyuarakan pesan perdamaian dan mengingatkan pentingnya persatuan. PSM Makassar, klub kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan, tampil ke depan dengan peran yang melampaui sekadar olahraga.

Tragedi pembakaran Gedung DPRD Kota Makassar dan Sulawesi Selatan, pada Jumat (29/8/2025) malam yang menewaskan tiga orang, termasuk staf humas dan suporter mereka, Muhammad Akbar Basri (Abay), menjadi titik tolak aksi klub.

Melalui akun media sosial resminya, Pasukan Ramang tidak hanya menyampaikan duka citanya yang mendalam pada Sabtu (30/8/2025).

“Mari kita menahan diri, menjaga kondusivitas dan menempatkan kemanusiaan di atas segala kepentingan. Jaga persatuan, jaga kota Makassar ta’,” tulis manajemen PSM dalam pernyataan resmi yang berisi ajakan untuk meredam amarah.

Pesan ini diperkuat sehari kemudian, Minggu (31/8/2025). PSM kembali merilis pernyataan yang lebih mendalam dengan mengangkat kearifan lokal budaya Bugis: “Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge”.

Falsafah yang berarti saling memanusiakan manusia, saling menghargai, dan saling mengingatkan ini dijadikan dasar untuk mengajak seluruh keluarga sepak bola Indonesia dan masyarakat bersatu merawat keutuhan bangsa.

Diwaktu yang hampir bersamaan PSM Makassar dalam instastory psm_makassar, mebali menuliskan, “Jaga Kota Mu, Sepakbola Pemersatu Bsangsa”.

“Sepakbola adalah perjuangan kolektif, bukan hanya soal kemenangan di lapangan, tapi juga tentang menjaga persatuan bangsa. Jagai Makassar ta’, jagai Indonesia ta’,” tutup pernyataan tersebut.

Aksi nyata PSM ini menunjukkan betapa besar pengaruh sepak bola sebagai perekat sosial. Komitmen mereka untuk menjaga perdamaian juga berimbas pada dunia olahraga, dimana tiga laga pekan keempat BRI Super League 2025/2026, termasuk partai kandang PSM melawan Persebaya Surabaya, terpaksa ditunda hingga waktu yang belum ditentukan menunggu perkembangan situasi. (HL)