SOROWAKO, SULSEL – Kinerja produksi PT Vale Indonesia Tbk (IDX: INCO) sepanjang triwulan kedua 2025 mencatatkan pertumbuhan yang menggembirakan. Produksi nikel dalam matte naik 12 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi 18.557 metrik ton.
Kenaikan ini juga tercermin dalam performa semester I 2025, yang mencapai 35.584 ton, 2 persen lebih tinggi dibanding semester pertama 2024. Pencapaian ini dinilai sebagai hasil dari strategi pemeliharaan yang proaktif dan efisiensi operasional yang terus diperkuat di seluruh lini produksi.
“Volume produksi kami naik 9 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Ini mencerminkan keberhasilan pelaksanaan pemeliharaan terencana dan fokus berkelanjutan pada kualitas,” ujar Abu Ashar, Wakil Presiden Direktur sekaligus Chief Operation and Infrastructure Officer PT Vale.

Perseroan menargetkan produksi tahunan sebesar 71.234 ton nikel dalam matte pada 2025. Lebih tinggi dari target tahun lalu. Selain produksi, volume pengiriman juga meningkat menjadi 18.023 ton dari 17.096 ton pada triwulan pertama.
Harga realisasi rata-rata nikel matte turut mengalami kenaikan menjadi US$12.091 per ton dari US$11.932 pada triwulan sebelumnya. Kombinasi volume dan harga ini menghasilkan total pendapatan sebesar US$220,2 juta, naik 7 persen dari US$206,5 juta di triwulan sebelumnya.
Di tengah percepatan jadwal pemeliharaan sekitar 20 hari pada paruh kedua tahun ini serta pemberlakuan skema royalti baru, PT Vale tetap mencetak EBITDA sehat sebesar US$40 juta dan laba bersih positif US$3,5 juta.
Direktur dan CFO PT Vale, Rizky Putra, menyampaikan optimisme baru untuk paruh kedua tahun ini. Perusahaan berhasil mendapatkan persetujuan revisi RKAB untuk sekitar 2,2 juta ton bijih saprolit dari blok Bahodopi serta menyepakati harga jual nikel matte baru dengan para pelanggan.
“Perkembangan ini akan memperkuat baseline keuangan dan membuka lebih banyak aliran pendapatan baru bagi PT Vale,” ujarnya.
Dari sisi konsumsi energi, volume bahan bakar minyak bersulfur tinggi (HSFO) meningkat dari 319.536 barel menjadi 380.751 barel, sejalan dengan naiknya volume produksi. Sebaliknya, konsumsi diesel menurun, menandakan stabilisasi kegiatan operasional. Harga diesel naik 8 persen, sementara harga batubara turun signifikan sebesar 19 persen dari kuartal sebelumnya.
Penurunan harga batubara ini dinilai sejalan dengan tren global, dan semakin dioptimalkan melalui strategi pengadaan material curah yang efisien.
Perseroan juga menekan biaya SG&A dan pengeluaran korporat lainnya guna menjaga disiplin keuangan. Hal ini penting di tengah tantangan pasar dan volatilitas harga komoditas.
Kas dan setara kas PT Vale per 30 Juni 2025 tercatat sebesar US$506,7 juta—turun dari posisi US$601,4 juta pada akhir Maret 2025. Penurunan ini sejalan dengan belanja modal yang mencapai US$96,4 juta selama kuartal kedua.
Meski demikian, manajemen menegaskan komitmen terhadap pengelolaan keuangan yang disiplin dan berkelanjutan, demi menjaga likuiditas serta mendukung pertumbuhan jangka panjang.
“Tujuan kami tetap jelas, meningkatkan kualitas hidup dan mengubah masa depan. Kami tetap hadir dan berinovasi bersama,” tutup manajemen dalam laporan resminya.