Ia juga menambahkan bahwa peralihan dari alat manual dan berbahan bakar minyak ke peralatan berbasis listrik memberi dampak signifikan terhadap efisiensi, produktivitas, dan lingkungan. Program ini sejalan dengan semangat Electrifying Agriculture yang diusung PLN.
“Dengan menggunakan listrik, kelompok tani dapat menghemat biaya operasional, memangkas waktu kerja, sekaligus berkontribusi pada pengurangan emisi karbon. Ini langkah konkret mendukung energi bersih yang juga bermanfaat langsung untuk masyarakat,” tambahnya.
Ketua Kelompok Tani, M. Fadly, turut mengapresiasi kontribusi PLN. Ia menyebut bahwa bantuan yang diberikan menjadi jawaban atas keterbatasan yang selama ini dihadapi oleh kelompoknya.
“Selama ini kami terkendala alat dan biaya produksi. Dengan bantuan PLN sejak 2024, kami bisa meningkatkan kualitas hasil kopi dan prosesnya menjadi jauh lebih efisien. PLN benar-benar membantu kami melihat masa depan usaha kopi ini dengan lebih optimis,” ucap Fadly.
Selain alat dan pelatihan, program ini juga berdampak sosial signifikan. Dalam waktu tiga bulan, jumlah anggota petani kopi meningkat dari 13 menjadi 25 orang.
Kopi Batui mulai dikenal sebagai produk khas Kabupaten Banggai, dan kontribusinya terhadap lingkungan pun terasa melalui penurunan emisi karbon serta pemanfaatan lahan di bawah jaringan transmisi yang sebelumnya tidak digunakan.