Rastranews.id, Jakarta – Pekan ini, Donor Advisory Group (DAG) dari International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) memulai kunjungan lapangan tahun 2025 di Indonesia.
Kunjungan berlangsung pada 13–17 Oktober dengan mencakup wilayah Jakarta, Banten, dan Lombok. Kunjungan ini fokus pada aksi kemanusiaan berbasis lokal, penguatan ketangguhan masyarakat, serta pendekatan antisipatif dalam kesiapsiagaan bencana.
Donor Advisory Group merupakan forum strategis untuk dialog antara Sekretariat IFRC dengan para mitra donor utama, termasuk pemerintah dan Palang Merah Nasional dari berbagai negara.
Forum ini memainkan peran penting dalam merumuskan prioritas bersama, memperkuat kolaborasi, serta mendukung jaringan IFRC agar mampu merespons kebutuhan kemanusiaan secara efektif.
Tahun ini, DAG dipimpin bersama oleh IFRC, Pemerintah Swedia, dan Palang Merah Swedia, dengan fokus utama pada aksi antisipatif, pelokalan, dan keberlanjutan finansial Palang Merah Nasional.
Delegasi yang berpartisipasi dalam kunjungan ke Indonesia mencakup perwakilan dari pemerintah dan Palang Merah Nasional Australia, Kanada, Spanyol, Swedia, Belanda, dan Inggris.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), Jusuf Kalla (JK), menyambut para delegasi di Markas Pusat PMI, pada Senin (13/10/2025).
JK mengatakan, kunjungan ini akan semakin mempererat kemitraan, memperluas pembelajaran bersama, dan membuka peluang baru untuk kolaborasi.
“Setiap kemitraan yang dibangun dengan ketulusan dan tujuan bersama, membawa kita selangkah lebih dekat menuju dunia di mana tidak ada seorang pun yang tertinggal,” ujar JK.
Nena Stoiljkovic, Under Secretary General IFRC untuk Diplomasi Kemanusiaan dan Digitalisasi, yang turut hadir dalam kunjungan ini, menambahkan, Indonesia adalah contoh nyata bagaimana investasi berkelanjutan pada institusi lokal dapat menghasilkan dampak jangka panjang.
“Dengan dukungan IFRC, PMI telah menjadi salah satu Palang Merah Nasional terkuat di Asia Pasifik, membuktikan bahwa model yang dipimpin secara lokal dapat mewujudkan ketangguhan nyata dalam skala besar,” ucap Nena.
Sebagai salah satu negara paling rawan bencana di dunia, Indonesia menghadapi ancaman gempa bumi, banjir, letusan gunung berapi, dan risiko terkait perubahan iklim.
Dalam konteks ini, PMI telah berkembang sebagai aktor utama dalam respons dan kesiapsiagaan bencana, mampu merespons secara nasional dalam hitungan jam, sekaligus memperkuat ketangguhan masyarakat sebelum bencana terjadi.
Pada 2025, PMI menyelesaikan Early Action Protocol (EAP) pertamanya untuk menghadapi banjir, di bawah mekanisme Disaster Response Emergency Fund (DREF) IFRC.
Tonggak ini menandai pergeseran penting dari respons reaktif menuju aksi antisipatif, memungkinkan pemberian dukungan dini yang tepat sasaran bagi masyarakat berisiko sebelum bencana melanda.
Selama kunjungan, anggota DAG akan melihat langsung penerapan pendekatan ini di lapangan.(JY)