RASTRA NEWS, JAKARTA — Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyerukan penghentian segera perang antara Iran dan Israel yang terus memanas. Secara tegas mereka mengutuk serangan unilateral yang terhadi dan mendorong seluruh pihak untuk menempuh jalur diplomasi demi menjaga perdamaian dan kemanusiaan global.

Sikap ini disampaikan PBNU dalam Surat Pernyataan resmi bernomor 4021/PB.03/A.II.07.68/99/06/2025, tertanggal 20 Juni 2025 M/24 Dzulhijjah 1446 H, yang ditandatangani Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan Sekretaris Jenderal H Saifullah Yusuf.

“Eskalasi konflik militer yang dipicu serangan unilateral Israel atas Iran telah menimbulkan korban kemanusiaan yang besar dan berpotensi mengundang keterlibatan pihak-pihak lain, termasuk negara-negara besar,” demikian bunyi pernyataan dikutip, Senin (23/6/2025).

PBNU mengakui hak Iran sebagai negara berdaulat untuk mempertahankan diri, namun pada saat yang sama menyatakan keprihatinan mendalam atas jatuhnya korban sipil dan dampak global yang mungkin ditimbulkan.

PBNU juga meminta semua pihak mengupayakan de-eskalasi konflik serta mendesak dilakukan gencatan senjata secepat mungkin.

Selain itu, PBNU mendorong Pemerintah Republik Indonesia untuk mengambil langkah-langkah politik internasional guna mendorong penyelesaian damai, serta menyerukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar segera bertindak sebagai otoritas pemelihara perdamaian global dalam menghadapi rangkaian konflik bersenjata yang terjadi di berbagai kawasan, termasuk Iran-Israel, Rusia-Ukraina, dan Pakistan-India.

PBNU juga mengajak warga Nahdlatul Ulama, umat Islam, bangsa Indonesia, dan seluruh umat manusia dari berbagai agama dan bangsa untuk memperkuat doa demi keselamatan peradaban dan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan.

Diketahui sebelumnya, sikap ini telah ditegaskan oleh Gus Yahya saat menerima kunjungan Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia Mohammad Boroujerdi di Kantor PBNU, Jakarta, Jumat (20/6/2025).

Dalam pertemuan itu, Gus Yahya menegaskan bahwa PBNU memahami posisi Iran yang sedang berada dalam tekanan militer, namun ia tetap mendorong agar penyelesaian dilakukan secara diplomatik.

“Kami memahami hak Iran untuk membela diri. Namun PBNU berdiri pada prinsip bahwa segala konflik harus diselesaikan melalui jalan damai demi menyelamatkan peradaban manusia,” ujar Gus Yahya.(*)