Rastranews.id, Makassar – Sebanyak 67 unit mobil turut hangus terbakar dalam insiden pembakaran Gedung DPRD Makassar pada Jumat (29/8/2025) malam . Kendaraan yang rusak merupakan mobil operasional dan kendaraan pribadi milik anggota dewan.
Salah satu kendaraan yang ikut menjadi korban adalah Mitsubishi Pajero Sport warna putih milik Hartono, anggota Komisi B DPRD Makassar. Mobil SUV tersebut baru dibelinya sebulan setelah ia dilantik sebagai anggota dewan.
Meski kehilangan kendaraan yang tergolong mewah itu, Hartono menyatakan diri ikhlas. Baginya, yang terpenting adalah nyawanya selamat.
“InsyaAllah saya biasa saja. Urusan jiwa dan harta biar Allah yang urus. Jiwa saya Allah sudah selamatkan. Sebagian harta yang Allah titipkan kepada saya, kembali Allah ambil. Bagi saya, itu InsyaAllah sudah terlalu biasa,” ujar Hartono saat dihubungi Rastranews, Kamis (4/9/2025).
Pasca kejadian, ia mengaku sengaja mengasingkan diri untuk sementara waktu dan tidak langsung merespons berbagai pesan yang masuk. Hal itu dilakukannya untuk menghindari pernyataan-pernyataan yang dinilainya tidak perlu.
Selain itu, sejak Rabu (3/9/2025), banyak pihak yang datang langsung ke kediamannya untuk menyampaikan empati dan menanyakan kabarnya.
“Sejak kemarin pagi, begitu pulang dari masjid, sudah ada yang menunggu di rumah ingin tahu kabar saya dan menyampaikan rasa empati mereka. Saya terus menerima tamu dari kerabat sampai siang ini,” jelasnya.
Hartono mengungkapkan keprihatinan mendalam atas peristiwa pembakaran yang terjadi. Ia bahkan sempat mempertanyakan kesalahan apa yang telah dilakukan oleh anggota dewan hingga menyebabkan amarah massa meluap sedemikian rupa.
“Saya justru prihatin dan sedih. Sudah sebegitu bencikah warga Kota Makassar kepada kami anggota DPRD? Kesalahan besar apa yang telah kami perbuat?” keluhnya.
Ia menuturkan bahwa hampir lebih dari separuh aksi demonstrasi yang datang ke DPRD Makassar diterimanya secara langsung. Selama ini, ia berusaha membantu menyelesaikan berbagai masalah masyarakat melalui dialog, meski dengan segala keterbatasan.
“Saya pribadi turun ke masyarakat dengan niat membantu menyelesaikan persoalan mereka. Namun, di mata mereka, kami dianggap begitu jahat hingga pantas dibakar hidup-hidup di dalam kantor, padahal saat itu kami sedang melaksanakan rapat paripurna,” pungkas Hartono. (HL)