MAKASSAR, SULSEL – Kinerja sektor keuangan tetap stabil dengan pertumbuhan kredit produktif 53,80% dan peningkatan investor pasar modal mencapai 17,27%” Hal itu disampaikan pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat yang melaporkan kinerja positif sektor perbankan hingga April 2025.

Total aset perbankan di kedua provinsi ini mencapai Rp204,95 triliun, tumbuh 6,32% year-on-year (yoy). Kepala OJK Sulsel-Sulbar, Moch Muchlasin, menegaskan bahwa pertumbuhan ini menunjukkan ketahanan sektor jasa keuangan di tengah dinamika ekonomi global.

Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan juga mengalami kenaikan sebesar 7,60% menjadi Rp139,38 triliun, dengan dominasi tabungan yang mencapai 58,83 persen. Penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan mencapai Rp165,56 triliun, tumbuh 3,81%.

Kredit produktif mendominasi penyaluran dengan porsi 53,80%, sementara pertumbuhan kredit didorong oleh kredit konsumtif yang tumbuh sebesar 7,87%. Sektor perdagangan besar dan eceran menjadi yang terbesar dalam penyaluran kredit, dengan share mencapai 22,98% atau senilai Rp38,05 triliun.

Di sisi lain, sektor perbankan syariah juga menunjukkan peningkatan yang signifikan, dengan total aset meningkat 17,19% menjadi Rp17,25 triliun. DPK syariah naik 13,60% menjadi Rp12,18 triliun, dan penyaluran pembiayaan tumbuh 20,85% menjadi Rp15,01 triliun, dengan Non-Performing Financing (NPF) tercatat 2,10%.

Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) naik 1,23% menjadi Rp61,48 triliun, dengan share sebesar 37,88% dari total kredit yang disalurkan oleh Bank Umum. Kredit usaha mikro mendominasi dengan nilai Rp33,61 triliun, yang mencakup 54,67% dari total kredit UMKM. Jumlah debitur UMKM mencapai 914.523 orang.

Investor pasar modal di Sulawesi Selatan juga mencatat pertumbuhan yang signifikan, dengan jumlah investor mencapai 414.197 SID, naik 17,27% dibandingkan tahun sebelumnya. Mayoritas investor merupakan reksa dana, dengan 394.238 SID yang tumbuh sebesar 16,71%. Nilai transaksi saham mencapai Rp7,94 triliun.

Piutang perusahaan pembiayaan juga mengalami kenaikan sebesar 4,06% menjadi Rp19,03 triliun pada Maret 2025. Pinjaman pergadaian meningkat 30,07% menjadi Rp8,32 triliun, sementara outstanding fintech lending naik 44,41% menjadi Rp1,92 triliun dengan tingkat wanprestasi terjaga di angka 1,78%.