Dalam momentum yang sama, Munafri menyuarakan kepedukianya terhadap kondisi kebersihan Kota Makassar, yang menurutnya masih jauh dari harapan.

“Setiap hari kita hasilkan 1.200 hingga 1.400 ton sampah. Semua dibawa ke TPA yang sudah menggunung setinggi 17 meter dari total luas lahan 19 hektare. Ini persoalan besar kalau tidak kita tangani bersama,” ujarnya.

Untuk itu, Pemkot telah menyiapkan langkah strategis berbasis masyarakat. Setiap RT/RW di Kota Makassar akan diwajibkan menjalankan pengelolaan sampah mandiri yang terintegrasi dengan program Urban Farming.

Program ini menyasar, Pemanfaatan biopori, Pembuatan komposter rumah tangga, Pengolahan eco-enzyme, Budidaya magot untuk limbah organik. Dan Pemanfaatan hasil sampah sebagai pupuk dan media tanam urban farming.

‘Urban farming ini bukan hanya soal menanam. Ini adalah ujung dari sebuah sistem pengelolaan sampah mandiri di tingkat RT. Bulan depan, kita akan launching program 1000 ribu biopori di Makassar,” bebernya.

Dalam kesempatan itu, Wali Kota juga secara khusus mengajak Kepala Sekolah SMAN 1 Makassar untuk menjadikan sekolah ini sebagai proyek percontohan pengelolaan lingkungan.

Dengan lingkungan sekolah yang sebagian besar terdiri dari beton, kebutuhan akan biopori dan sistem resapan dinilai mendesak.

“Saya minta SMANSA jadi sekolah percontohan. Mulai dari pengelolaan sampah, biopori, sampai pada pembiasaan gaya hidup hijau di sekolah,” imbuh Munafri.

Munafri juga menegaskan bahwa Pemerintah Kota Makassar membuka ruang besar bagi IKA SMANSA untuk ikut merancang solusi pengelolaan sampah dan pemberdayaan lingkungan di kota.

“Teman-teman alumni SMANSA bisa ikut memikirkan sistem kebersihan lingkungan di wilayah masing-masing. Kami butuh pemikiran, ide, bahkan aksi konkret dari teman-teman IKA SMANSA,” harap Appi.