MAKASSAR, SULSEL — Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, mengeluarkan pernyataan tegas terhadap maraknya kejahatan di sektor pangan nasional. Ia menegaskan, tidak akan memberi toleransi kepada pelaku pemalsuan pupuk dan pengoplosan beras yang telah menyebabkan kerugian besar bagi petani dan masyarakat.
“Pupuk palsu telah merugikan petani hingga Rp3,2 triliun. Kami sudah koordinasikan dengan Satgas Pangan, Kapolri, dan Kejaksaan Agung untuk menindak tegas para pelakunya,” tegas Amran, usai menghadiri pengambilan sumpah sarjana kedokteran di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Senin (14/7/2025).
Lebih lanjut, Amran membeberkan bahwa kejahatan pengoplosan beras juga telah terdeteksi secara masif. Dari temuan Kementan, sebanyak 86 persen beras premium di pasar tidak sesuai standar. Bahkan, ada indikasi pengoplosan 212 kasus dengan kerugian mencapai Rp99 triliun, dan berpotensi lebih dari Rp1.000 triliun dalam 10 tahun jika dibiarkan.
“Kalau beras biasa dijual sebagai beras premium dengan selisih harga Rp3.000 per kilo, yang rugi itu rakyat kecil. Yang miskin, yang bergantung pada bansos. Ini kejahatan. Kalau mau dibilang biadab, ya memang biadab,” lanjut Amran yang juga Ketua Umum Ikatan Alumni Unhas.
Ia menyebut, saat ini pihaknya telah menyurati secara resmi Kapolri dan Jaksa Agung, sekaligus menyerahkan data lengkap mengenai distribusi pupuk dan beras oplosan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
“Kami tidak akan mundur. Ini perintah langsung Bapak Presiden. Kami akan sikat mafia pangan, koruptor, siapa pun itu. Tidak ada kompromi,” ujarnya.
Amran juga mengungkapkan bahwa dalam 10 bulan terakhir, Kementan telah mengidentifikasi 260-an kasus kejahatan pangan, mulai dari pupuk, minyak goreng, hingga beras. Semuanya telah diserahkan ke penegak hukum.
Dalam kesempatan itu, Amran juga menyinggung prestasi Kementan yang berhasil menjaga stok pangan nasional di angka tertinggi sepanjang sejarah Indonesia, yaitu 4,2 juta ton. Ia menegaskan bahwa ketersediaan pangan yang cukup harus dibarengi dengan pengawasan distribusi agar tidak dimanfaatkan oleh mafia.
“Kami ingin Indonesia jadi lumbung pangan dunia. Tapi itu hanya bisa terjadi kalau hulu-hilir pangan bersih. Kalau mafia masih bercokol, rakyat tetap susah. Kami mohon media juga ikut kawal,” tutupnya bersama putrinya yang baru saja dilantik sebagai dokter baru, dr. Andi Athira Sudirman, yang menerima brevet dokter spesialis dari FK Unhas.