MAKASSAR, SULSEL – Trend nostalgia ala remaja 90-an kembali digandrungi generasi milenial dan gen Z. Salah satunya bermain layang-layang.
Saat ini layang-layang menjadi pemandangan di atas langit yang terik kala sore hari khususnya di Kota Makassar.
Anak muda hingga orang tua tak menampik kemungkinan bermain layang-layang.
Ada keseruan tersendiri, memacu adrenalin dan trik ketika beradu dengan pemain layang-layang lainnya.
Di sisi lain, banyak istilah atau bahasa-bahasa Makassar yang terselip kala kaula muda bermain layang-layang.
Berikut beberapa bahasa atau istilah yang sering keluar dari mulut gen Z:
1. PATAPPU’
Dalam bahasa Makassar, Patappu dalam garis besar berarti beradu layang-layang saat berada di atas udara. Hal ini mampu memicu keseruan diantara pemain karena salah satu diantaranya nanti akan putus.
2. UNJUNGI
Unjungi dulu adapah awal dari bermain layang-layang. Pemain meminta kepasa seseorang untuk membantu menaikkan layang-layang dengan cara dipegang dalam jarak yang cukup jauh, setelah itu ditarik hingga membuat layang-layang dengan mudah untuk diterbangkan.
3. TAPPU’ KALENNA
Bahasa ini sering menimbulkan keseruan tersendiri diantara pemain. Ketika sedang beradu hingga ketinggian yang diatas normal, terkadang tasi yang mereka gunakan akan habis dan secara tak sadar akan terlepas dari genggaman dan pemain lain akan bereaksi memberikan ocehan hingga ketawa yang meledek.
4. KACCILIKI
Kacciliki adalah kesengsaraan pemain layang-layang ketika beradu. Kacciliki berarti layangannya telah putus saat sedang beradu bersama pemain yang lain.
5. TATTILINGI
Bahasa ini cukup lucu jika seseorang bermain layang-layang. Rangka layangan yang tidak simetris membuat layang-layang akan bergerak terus menerus kekiri ataupun kekanan, dan dapat membuat layangan tersangkut diantara pepohonan atau bahkan kabel listrik ketika diterbangkan.
6. NAGANDOLI
Nagandoli dalam bahasa Makassar yang biasa didengar berarti mengambil tasi milik orang lain yang telah putus ketika sedang beradu. Hal ini sering memicu pertengkaran karena pemilik tasi biasanya akan kehilangan tasi yang cukup panjang.
Hal ini biasa dilakukan oleh para bocil yang memiliki layangan namun tidak memiliki tasi. (AR)