JAKARTA – Di sebuah sudut Jakarta, sekolah kecil bernama SLB Mini Bakti menjadi saksi bisu perjuangan anak-anak berkebutuhan khusus untuk meraih mimpi. Ruang kelas yang sempit, fasilitas yang kurang memadai, dan lingkungan yang belum ramah disabilitas menjadi tantangan sehari-hari. Tapi semua itu perlahan berubah, berkat sentuhan empati dan kolaborasi nyata dari Semen Merah Putih.
Renovasi sekolah ini bukan sekadar proyek fisik. Ia lahir dari kepedulian mendalam terhadap kenyataan pahit yang masih dihadapi banyak anak berkebutuhan khusus di Indonesia. Data World Bank mencatat, sekitar 1 dari 3 anak disabilitas belum mendapatkan akses pendidikan yang layak. Sementara UNICEF mengungkapkan hanya 14,8 persen sekolah inklusif yang memiliki guru pembimbing khusus. Sebuah angka yang menyayat nurani.
Berangkat dari fakta ini, Semen Merah Putih, melalui program tanggung jawab sosial (CSR) yang dinaungi KPN Care, memilih untuk bertindak. Dengan dukungan induk perusahaannya, KPN Corp, serta melibatkan karyawan sebagai volunteer, mereka merenovasi SLB Mini Bakti sebagai bentuk nyata dari semangat inklusivitas.
“Kami percaya data harus diubah menjadi aksi. Anak-anak ini tidak butuh simpati, tapi butuh kesempatan,” ujar Surindro Kalbu Adi, Director of Commercial & Logistic PT Cemindo Gemilang Tbk, saat meresmikan sekolah, Kamis (17/7/2025).
Fasilitas sekolah kini jauh lebih manusiawi: ruang kelas yang ergonomis, toilet yang ramah disabilitas, serta taman kecil tempat anak-anak bisa bermain dan belajar dengan lebih nyaman. Bukan hanya tampilan fisik yang berubah, tapi juga atmosfer sekolah harapan kini terasa lebih dekat.
Yang membuat proyek ini istimewa, renovasi dilakukan oleh alumni Mandor Pintar Institute (MPI), program pelatihan keterampilan konstruksi yang diinisiasi oleh Semen Merah Putih. Artinya, mereka tak hanya memperbaiki sekolah, tapi juga menyambung mata rantai pemberdayaan tenaga kerja lokal.
Tak hanya itu, lebih dari 50 karyawan pusat Semen Merah Putih dan KPN Corp turun langsung melalui program Employee Volunteer (EVO). Mereka menyingsingkan lengan baju, ikut mengecat tembok, membersihkan halaman, hingga berdialog dengan anak-anak.
Bagi mereka, ini lebih dari sekadar pekerjaan sosial, ini tentang membangun empati. “Kami ingin menciptakan masa depan yang lebih inklusif, tidak hanya lewat produk bangunan, tapi lewat kontribusi nyata,” kata Nyiayu Chairunnikma, Head of Marketing Semen Merah Putih.
Secara nasional, menurut Bank Dunia, masih ada sekitar 30-33 persen anak-anak dengan disabilitas yang belum menerima akses pendidikan formal. Realitas ini menuntut aksi nyata dan kolaborasi multisektor, seperti yang dilakukan oleh Semen Merah Putih melalui program pendidikan inklusif dan pemberdayaan tenaga kerja.
“Kami percaya kontribusi sosial yang nyata berasal dari sinergi dan keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat. Dengan mendukung pendidikan inklusif serta pemberdayaan alumni MPI, Semen Merah Putih berkomitmen tidak hanya dalam membangun infrastruktur fisik, tetapi juga menciptakan perubahan sosial berkelanjutan,” tambah Nyiayu.
“Dukungan ini bukan hanya soal fasilitas, tapi juga soal harapan baru,” sambung Sri Rosa Susilawati, Kepala SLB Mini Bakti.