Rastranews.id, Makassar — Pemerintah Kota Makassar makin serius mengembangkan konsep pertanian modern di tengah kota.

Melalui program Urban Farming, Pemkot menyiapkan dua kawasan percontohan di Barombong dan Sudiang yang akan menjadi pusat edukasi, riset, dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan berbasis pangan.

Munafri menegaskan bahwa Urban Farming bukan sekadar aktivitas bercocok tanam, melainkan gerakan strategis membangun ekosistem pangan modern yang berkelanjutan.

“Urban Farming harus menjadi gerakan pembangunan sumber daya pangan modern, bukan hanya sekadar tanam-tanam di perkotaan,” tegas Munafri.

Kawasan percontohan ini digarap oleh Dinas Perikanan dan Pertanian (DP2) Kota Makassar. Setiap lokasi dirancang dengan konsep Green House Urban Farming, lengkap dengan fasilitas pertanian, peternakan, dan perikanan terpadu.

Di dalam kawasan tersebut akan dibangun green house hidroponik, rumah jamur, rumah maggot, kandang hewan, kolam bioflok, hingga market farm sebagai pusat edukasi dan pemasaran hasil tani.

Tak hanya itu, tersedia juga cold storage, laboratorium, area sawah mini, hingga unit komposter untuk mengolah limbah organik.

Munafri menekankan bahwa kawasan ini harus ramah lingkungan dan mengedepankan teknologi hijau. Ia bahkan meminta seluruh sistem listrik menggunakan energi surya (solar panel) serta infrastruktur ramah air dengan beton berpori.

“Saya mau kawasan ini benar-benar berwawasan lingkungan. Gunakan energi surya dan beton berpori agar ada resapan air yang baik,” ujar Munafri.

Mantan CEO PSM Makassar itu juga menegaskan agar desain bangunan menggunakan material alami seperti kayu agar kawasan tampak natural dan nyaman.

Selain menjadi kawasan produksi pangan, Urban Farming ini juga disiapkan sebagai lokasi wisata edukasi pertanian.

Konsepnya menyerupai museum pertanian hidup, di mana pengunjung dapat berjalan memutar melihat seluruh proses pertanian modern dari hulu ke hilir.

“Orang datang ke sini untuk belajar dan terinspirasi. Jadi bukan sekadar tempat bermain, tapi tempat belajar yang hidup,” tambah Munafri.

Untuk mendukung konsep tersebut, kawasan juga akan dilengkapi kebun pangan lokal, termasuk pohon pisang sebagai simbol kedekatan dengan kehidupan masyarakat.

“Saya ingin suasananya hidup, alami, bahkan orang bisa jual pisang goreng di situ,” kata Munafri sambil tersenyum.

Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan dan Pertanian Makassar, Aulia Arsyad, menjelaskan bahwa program ini akan melibatkan lintas OPD. Sedikitnya lima dinas akan berkolaborasi dalam pembangunan kawasan tersebut.

“Dinas Lingkungan Hidup menangani pengelolaan sampah, Dinas Ketahanan Pangan menyiapkan cold storage, Dinas PU menangani infrastruktur, dan Dishub mengatur instalasi listrik berbasis solar panel,” jelas Aulia.

Ia menambahkan bahwa proyek ini akan mulai dikerjakan pada 2026, dengan kebutuhan anggaran sekitar Rp4 miliar per lokasi. Setiap kawasan akan dikelola oleh tenaga profesional dari latar belakang pertanian, peternakan, dan perikanan.

“Fokusnya bukan komersialisasi, tapi riset, pengembangan benih, dan edukasi masyarakat,” ujar Aulia.

Hasil panen nantinya akan disalurkan melalui jaringan SPPG dan dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) setempat. Pemerintah juga menargetkan produk hortikultura dari Urban Farming bisa masuk ke Mal Pelayanan Publik Digital (MPPD) untuk memperluas pasar lokal.

Dengan desain yang matang dan konsep ramah lingkungan, Green House Urban Farming Makassar ditargetkan menjadi ikon pertanian modern di Sulawesi Selatan, sekaligus simbol kemandirian pangan dan ekonomi masyarakat perkotaan. (MU)