Rastranews.id, Makassar – Sebuah simbol nyata toleransi dan kepedulian lingkungan mewarnai Kota Makassar. Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menyambut hangat inisiatif Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) yang menanam 1.000 pohon Tabebuya sebagai bagian dari persiapan musyawarah nasional mereka.

Dalam acara yang dihadiri sejumlah pejabat kota ini, Appi, sapaan akrab Munafri tidak hanya menyerukan harmoni antarumat beragama, tetapi juga membuka data soal dua tantangan besar kota, yaitu kekurangan ruang terbuka hijau (RTH) yang masih jauh dari target 30% dan darurat sampah yang membuat TPA diperkirakan hanya bertahan dua tahun lagi.

Pada kegiatan yang digelar di Jalan Perintis Kemerdekaan, Sabtu (27/9/2025) pagi itu, Munafri Arifuddin didampingi Ketua TP PKK Kota Makassar, Melinda Aksa, menyatakan bahwa kolaborasi seperti ini adalah kunci untuk mewujudkan Makassar yang asri.

“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Gerakan penghijauan dari GPIB ini adalah wujud nyata toleransi dan kepedulian yang harus menjadi contoh bagi kelompok lain,” tegas Appi.

Ia mengungkapkan fakta memprihatinkan dimana RTH Makassar baru mencapai 11 persen, jauh dari amanat undang-undang sebesar 30 persen.

Untuk mengejar ketertinggalan ini, Appi mengumumkan langkah revolusioner, mewajibkan setiap siswa SD dan SMP di Makassar menanam minimal satu pohon.

“Bayangkan jika satu juta penduduk menanam satu pohon, kita punya satu juta pohon baru,” ujarnya.

Ia juga mendorong penanaman pohon endemik seperti copeng dan kecapi yang mulai langka.

Tidak hanya soal RTH, Appi juga membongkar persoalan sampah kota. TPA seluas 19,1 hektar kini menampung 1.200 ton sampah per hari dengan ketinggian 17 meter.

“Tanpa intervensi, TPA hanya sanggup dua tahun lagi,” katanya mengingatkan.

Solusinya, Pemkot akan mewajibkan setiap RT/RW memiliki sistem pengolahan sampah terintegrasi (komposter, maggot, biopori) dan menggandeng perusahaan swasta untuk penyediaan tempat sampah terpilah.

Sementara itu, Ketua Panitia Kegiatan, Kristin Sinaga, menjelaskan alasan pemilihan pohon Tabebuya. “Selain estetika, pohon ini kuat dan menyerap polusi. Kami ingin berkontribusi mempercantik kota yang telah menjadi rumah bersama,” ujarnya.

Kristin menegaskan, aksi ini adalah bentuk tanggung jawab umat Kristen terhadap kelestarian lingkungan dan dukungan penuh pada program pemerintah.

Kegiatan ini mendapat apresiasi tinggi dari Pemkot, yang diwakili oleh dukungan penuh Melinda Aksa sejak audiensi awal.

Kegiatan penanaman pohon ini menjadi pembuka yang positif untuk Musyawarah Pelayanan GPIB Sulselbar yang akan digelar pada Oktober 2025, mengukuhkan Makassar sebagai kota yang menghargai praktik toleransi yang nyata dan berkelanjutan. (HL)