Rastranews.id – Sejarah bukan hanya sekadar rentetan tanggal dan waktu serta nama pahlawan yang gugur memperjuangan kemerdekaan. Ia adalah nadir yang menjadi jembatan penghubung antara kita dan pejuang di masa lalu.
Namun dibalik perjuangan panjang penuh haru menuju Kemerdekaan sudahkah kita mengingat kembali atau bahkan sekadar mengenang rentetan panjang penuh makna? atau ingatan kita mulai terkikis karena pengaruh tren digital dan budaya popular.
Kita berada pada zaman yang serba canggih dan berbagai kemudahan, bukan lagi dentuman meriam penuh ketakutan atau kibaran bendera di medan perang. Kilas balik kemerdekaan bukan hanya mengenang tetapi juga memastikan bahwa api semangat perjuangan tetap menyala dihati setiap anak bangsa.
Kemerdekaan menjadi awal balik pintu penentu kemajuan dan berdikarinya negara, hal ini bermula dengan berdirinya organisasi pergerakan pertama yang dikenal dengan Budi Utomo pada tahun 1908 yang menjadi cikal bakal bangkitnya semangat untuk meraih kemerdekaan melalui persatuan bangsa.
Meskipun secara tidak langsung Budi Utomo telibat dalam perlawanan menghadapi penjajah tetapi organisasi ini berhasil meletakan dasar-dasar penting bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Budi utomo mendorong berbagai organisasi dan perkumpulan pemuda salah satunya peristiwa Sumpah Pemuda yang berhasil digagas oleh perwakilan pemuda di Indonesia, hari peringatan Sumpah Pemuda ditetapkan setiap tanggal 28 Oktober.
Peristiwa Sejarah ini menjadi moment penting merefleksikan bahwa pada tahun 1928 lalu pemuda Indonesia berhasil mengikrarkan semangat persatuan dan kesatuan melalui Kongres Pemuda II di Batavia yang berisikan bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia.
Pintu gerbang kemerdekaan semakin terbuka lebarKetika Belanda menyerah dan Jepang berhasil mengambil alihdengan masuk ke Indonesia pada tanggal 8 Maret 1942. Jepang membawa semboyan 3A (Nippon Cahaya ASIA, Nippon Pelindung ASIA, dan Nippon Pemimpin ASIA).