Jakarta – Praktisi Hukum Ahmad Khozinudin, menilai rangkaian aksi unjuk rasa yang berujung pada penjarahan rumah pejabat merupakan bentuk akumulasi kekecewaan rakyat.
Ia menyebut bahwa peristiwa ini menyimpan banyak pelajaran penting bagi pemerintah dan para elite politik.
“Batas kesabaran rakyat sudah habis dan kini berganti dengan amarah dan kemarahan. Pada situasi seperti ini, urat takut rakyat sudah putus,” ujar Ahmad saat memberikan pernyataan kepada media, Minggu (31/8/2025).
Ahmad mengakui bahwa penjarahan adalah tindakan tercela dan melanggar hukum.
Namun, menurutnya, dalam konteks saat ini, aksi tersebut berubah menjadi simbol perlawanan dan pelampiasan amarah masyarakat terhadap arogansi penguasa.
“Penjarahan yang sebenarnya perbuatan tercela, berubah menjadi ekspresi perlawanan dan pelampiasan amarah,” katanya.
Ia juga menyinggung sejumlah pejabat dan tokoh publik yang menjadi sasaran amuk massa. Permintaan maaf dari mereka, kata Ahmad, tidak cukup untuk meredam kemarahan publik.
“Terbukti, meskipun Eko Patrio dan Uya Kuya sudah mengunggah permintaan maaf, toh tetap saja kemarahan itu dilampiaskan. Penjarahan adalah pelampiasan amarah atas kesombongan pejabat yang telah mencapai puncaknya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ahmad menekankan pentingnya empati dari pemerintah dalam merespons situasi ini. Ia menyarankan agar penguasa tidak mengambil langkah represif yang justru akan memperkeruh keadaan.
“Dalam situasi seperti ini, yang dibutuhkan adalah empati. Sejenak rehat dan biarkan amarah terlampiaskan. Massa juga punya kesadaran, karena hanya melampiaskan pada pejabat yang bermasalah,” ucapnya.
Sebagai contoh, Ahmad mengungkapkan bahwa massa sempat berniat membakar rumah anggota DPR Ahmad Sahroni, namun rencana itu dibatalkan karena kekhawatiran dampak kebakaran akan meluas.
“Karena massa sadar, kebakaran itu akan menjalar ke rumah lainnya yang tak memiliki salah,” jelasnya.
Di akhir pernyataannya, Ahmad menyampaikan peringatan kepada Presiden Prabowo Subianto agar tidak keliru dalam mengambil keputusan.
“Karena itu Prabowo jangan sampai keliru. Menabuh genderang perang pada rakyat,” tegasnya.
Ia juga mengkritik sikap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang dinilai terlalu arogan dalam menghadapi massa.
“Listyo Sigit juga tak boleh jumawa, perintahkan tembak pada anggotanya,” pungkasnya.(JY)