MAKASSAR, SULSEL – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatat nilai impor barang yang dibongkar melalui pelabuhan di Sulsel pada Juni 2025 mencapai US$114,97 juta.

Angka ini naik 46,44 persen dibanding Juni 2024 yang tercatat US$78,51 juta.

Kepala BPS Sulsel, Aryanto, menjelaskan lonjakan ini didorong oleh meningkatnya pasokan pangan dan bahan baku industri.

Meski demikian, secara kumulatif Januari–Juni 2025, nilai impor Sulsel justru turun 19,38 persen menjadi US$423,51 juta, atau berkurang US$101,83 juta dibanding periode yang sama tahun lalu.

Penurunan ini dipicu berkurangnya impor beberapa komoditas utama, seperti gandum-ganduman senilai US$94,12 juta atau turun 50,96 persen, serta gula dan kembang gula senilai US$13,17 juta atau turun 17,09 persen.

“Pada Juni 2025, komoditas impor terbesar adalah gandum-ganduman senilai US$38,63 juta atau 33,60 persen dari total impor,” sebuat Aryanto.

Disusul olahan makanan hewan senilai US$21,01 juta atau 18,28 persen, gula dan kembang gula senilai US$13,54 juta atau 11,79 persen, bahan kimia anorganik senilai US$8,74 juta atau 7,60 persen, dan kakao atau cokelat senilai US$6,54 juta atau 5,69 persen.

Dibanding Mei 2025, impor olahan makanan hewan melonjak lebih dari dua kali lipat, sementara bahan kimia anorganik mengalami kenaikan drastis hingga lebih dari 3.800 persen.

Australia tercatat sebagai negara asal impor terbesar dengan nilai US$32,21 juta, diikuti Brasil, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Tiongkok.

Pelabuhan Makassar masih menjadi lokasi pembongkaran utama barang impor, mencakup 83,84 persen dari total nilai impor bulan Juni.(HL)