Hal ini, lanjut dia, tidak hanya merusak citra pesantren, tetapi juga mencederai profesi jurnalis itu sendiri.

“Tidak ada keadilan dalam tayangan tersebut. Trans7 mengambil cuplikan-cuplikan footage, lalu menggunakannya tanpa menjelaskan konteks dan situasi dalam tayangan itu. Gambar-gambar itu diframing dengan narasi a la infotainment yang mengedepankan sensasi, bukan kebenaran dan fakta lapangan,” paparnya.

Maman menyebut, progran Trans7 itu bukan forum opini bebas seperti talkshow, melainkan program berita hiburan yang semestinya tunduk pada prinsip etika jurnalistik.

Ia menyayangkan Trans7 justru membangun opini sendiri tanpa menghadirkan sudut pandang lain.

“Jadi sangat tidak beretika jika Trans7 beropini sekaligus menggiring opini publik dengan narasi sepihak. Tanpa cover both sides. Tanpa memotret sisi lain yang berbeda,” sebut Maman.

Maman menekankan pesantren bukanlah objek hiburan, melainkan lembaga pendidikan yang memiliki kontribusi besar bagi masyarakat bawah. Khususnya anak-anak dari keluarga kurang mampu.

“Pesantren bukan hiburan. Pesantren didirikan untuk mendidik, terutama mendidik anak-anak miskin yang orang tuanya berpenghasilan seadanya. Tentu saja masih banyak kekurangan di sana sini yang perlu diperbaiki,” tutur Maman.

Ia mengingatkan pentingnya tayangan jurnalistik yang sesuai dengan fakta.

Maman menilai, tayangan yang dibuat pada program Xpose Uncensored tidak sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik.

“Kami tidak anti kritik. Namun sampaikanlah dengan cara-cara yang baik, agar kita semua sama sama memperbaiki diri,” tambahnya.

Menyikapi hal itu, Maman mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) segera memanggil dan memeriksa Trans7 serta menghentikan sementara program Xpose Uncensored sampai ada evaluasi menyeluruh terhadap isi, proses, dan narasi tayangan.

“Saya mendesak KPI agar turun tangan memanggil, memeriksa dan menyetop sementara program Xpose,” tegas Maman.

Tak hanya itu, Maman juga meminta Dewan Pers untuk memanggil para pihak yang terlibat dalam penyusunan tayangan pada episode Xpose yang menuai kontroversi.

Bila ditemukan unsur kesengajaan atau kelalaian dalam peliputan, ia mendorong adanya sanksi sesuai kode etik jurnalistik.

“Secara khusus, kami juga mendorong Trans7 untuk menayangkan program-program yang menghadirkan sisi lain pesantren, tentunya yang bersifat edukatif, inspiratif, dan objektif,” ungkapnya.

Maman menyebut banyak pesantren di Indonesia yang berhasil mencetak generasi tangguh, santri multitalenta, dan kegiatan sosial yang memberi dampak nyata bagi masyarakat.

“Oleh karenanya kami mendesak agar Trans7 melakukan cover both sides dengan meliput situasi sejumlah pesantren lain secara objektif dan adil. Mengingat damage dari tayangan Xpose itu sudah beredar luas di media sosial,” tutup Maman. (MA)