Makassar – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan mencatat terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara umum atau inflasi sebesar 0,04 persen pada Agustus 2025 dibandingkan bulan sebelumnya (Juli 2025). Kenaikan ini terutama dipicu oleh melonjaknya harga kebutuhan pokok.
Kepala BPS Provinsi Sulawesi Selatan, Aryanto menjelaskan, bahwa setelah sebelumnya harga sempat turun (deflasi), pada Agustus masyarakat kembali merasakan kenaikan harga.
“Pada Agustus 2025, terjadi inflasi sebesar 0,04 persen setelah sebelumnya kita mengalami deflasi. Kenaikan ini terutama didorong oleh kelompok bahan makanan, dengan komoditas seperti beras, ikan layang, ikan cakalang, dan bawang merah, memberikan pengaruh terbesar terhadap kenaikan ini,” jelasnya.
Dibandingkan dengan Agustus tahun lalu (2024), biaya hidup di Sulsel telah naik sebesar 3,12 persen. Sementara itu, secara kumulatif dari awal tahun (Januari-Agustus 2025), kenaikan harga telah mencapai 2,49 persen.
Dikutip dari , Berita Resmi Statistik, Jumat (1/9/2025), barang-barang yang paling banyak menyumbang kenaikan harga adalah beras naik 1,29 persen, lalu ikan layang/benggol naik 5,65 persen, ikan cakalang/ikan sisik naik 7,04 persen, dan bawang merah naik 11,70 persen.
“Kenaikan harga komoditas perikanan ini diduga kuat akibat tingginya permintaan dan kondisi cuaca yang masih mempengaruhi hasil tangkapan nelayan,” tambahnya.
Di sisi lain, harga beberapa barang justru turun dan membantu memperlambat kenaikan harga secara keseluruhan. Tomat mengalami penurunan harga paling tajam sebesar 34,89 persen, diikuti cabai rawit yang turun 25,50 persen.
Tingkat kenaikan harga tahunan, juga berbeda-beda di tiap wilayah. Kota Parepare mengalami kenaikan biaya hidup tertinggi sebesar 4,46 persen dibanding Kota Palopo dan Makassar yang mencatat kenaikan masing-masing 2,75 persen dan 2,91 persen pada Agustus 2025. (HL)