POSO, SULTENG – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menegaskan, pentingnya memperkuat struktur bangunan pascagempa bumi M5,8 yang mengguncang Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (17/8/2025).
Pesan itu ia sampaikan saat meninjau langsung lokasi terdampak sehari setelah kejadian. Suharyanto mendatangi SDN 01 Tangkura, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, salah satu fasilitas pendidikan yang mengalami kerusakan.
Plafon sekolah runtuh dan menimpa bangku serta meja ruang kelas, sehingga kegiatan belajar dihentikan sementara.
Dalam dialog bersama warga Desa Tangkura, Suharyanto meminta masyarakat segera memeriksa kondisi rumah masing-masing. Ia menekankan, rumah dengan struktur lemah berisiko menelan korban jika gempa susulan terjadi.
“Bapak dan ibu perlu memastikan rumah masih layak huni atau tidak. Penguatan struktur bangunan sangat penting agar rumah lebih tahan gempa,” kata Suharyanto, Selasa (19/8/2025).
Data sementara mencatat, 49 rumah rusak berat, 34 rumah rusak ringan, tiga gereja, dan satu sekolah terdampak di Desa Tangkura. Delapan warga juga mengalami luka ringan.
BNPB memerintahkan tim gabungan menilai kondisi rumah ibadah. Jika dinilai rawan secara struktur, kegiatan ibadah tidak boleh dilakukan di dalamnya demi keselamatan jemaat. Suharyanto mencontohkan Gereja Jemaat Elim Masani yang masih dalam tahap rekonstruksi. Bangunan itu disarankan tidak dipakai hingga aman.
Kerentanan struktur juga terlihat di Desa Towu, Kecamatan Poso Pesisir. Rumah milik seorang warga bernama Daeng Memang rusak di bagian kamar akibat runtuhan batako. Atap rumah hanya ditopang kayu tanpa plafon, sedangkan dinding batako putih belum diplester. Kondisi tersebut memperlihatkan rapuhnya bangunan terhadap guncangan.
BNPB menyiapkan bantuan stimulan rumah rusak dengan besaran Rp15 juta untuk rusak ringan, Rp30 juta untuk rusak sedang, dan Rp60 juta untuk rusak berat. Suharyanto menegaskan, pendataan rumah rusak oleh pemerintah daerah harus segera dilakukan agar bantuan tepat sasaran.
“Kerusakan parah selalu terjadi pada bangunan yang tidak memenuhi standar tahan gempa. Karena itu, membangun rumah bukan hanya soal tempat tinggal, tetapi juga soal keselamatan,” tegasnya.(HL)