Makassar – Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman meminta Wali Kota Palopo untuk menyiapkan lahan untuk pembangunan kantor perwakilan Badan Obat dan Makanan (BPOM).

Menurut Andi Sudirman, Kantor Perwakilan BPOM di Palopo nantinya akan melayani wilayah Luwu Raya (meliputi Palopo, Luwu, Luwu Timur dan Luwu Utara).

“Tolong Wali Kota Palopo untuk mencarikan tanah kurang lebih 6 hektare untuk rencana pembangunan Kantor BPOM,” kata Andi Sudirman.

Tidak hanya Palopo, Andi Sudirman juga meminta Bupati Bone untuk menyiapkan lahan rencana pembanguna kantor perwakilan BPOM Bone. Nantinya akan mengawasi wilayah Bosowasi (Bone, Soppeng, Wajo dan Sinjai).

“Tolong disiapkan lahannya, “imbuhnya.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel telah menyiapkan lahan seluas 10 hektare di Pucak Kabupaten Maros, untuk rencana pembangunan Politeknik Pengawasa Obat dan Makanan (PoltekPOM) dengan anggaran Rp1,7 triliun.

“Kita sudah menandatangani penyerahan tanah dan MoU, itu akan menjadi awal dari sekolah pengawasan obat dan makanan di Indonesia,” kata Andi Sudirman.

Kepala BPOM RI, Prof Taruna Ikrar mengatakan, rencana pembangunan Politeknik Pengawasan Obat dan Makanan merupakan yang pertama di Indonesia.

PolitekPOM ini merupakan pendidikan khusus untuk mencetak tenaga pengawas obat dan makanan di Indonesia.

“Pegawai yang kami punya saat ini memiliki latar belakang pendidikan berbeda-beda. Karena itu dibutuhkan pendidikan khusus agar mereka benar-benar siap, sehingga tidak perlu lagi adaptasi dengan mengeluarkan biaya besar,” ungkap Taruna.

Ia menambahkan, sekolah itu dibutuhkan untuk meningkatkan level standarisasi pengawasan obat dan makanan.

“Pengawasan obat dan makanan itu, usianya sudah 280 tahun jauh sebelum Indonesia merdeka, di zama belanda sudah ada pengawasan obat dan makanan. Tapi kita masih level 3, kita mau naik ke level 4, jadi full pengawasan obat dan makanan, atau setingkat pengawasan amerika dan eropa,” tegasnya.

Ia membeberkan, Sulsel dipilih karena dianggap strategis, letak geografisnya berada di tengah-tengah Indonesia. Apalagi dekat dari IKN.

“Jangan semuanya di Jawa, Sulsel dipilih karena dekat IKN, sehingga orang Irian, Ambon, Kalimantan dan Jawa bisa menjangkau Sulsel,” pungkasnya.(JY)