Provinsi ini berada di peringkat ketujuh dari delapan provinsi dengan target penemuan TBC tertinggi, di bawah Banten dan di atas Nusa Tenggara Timur.
“Karena Sulsel salah satu provinsi dengan beban TBC tertinggi, maka menjadi fokus untuk dilakukan intervensi lebih banyak dari Kemenkes. Namun permasalahannya capaian belum sesuai dengan yang diharapkan,” jelasnya, menegaskan bahwa bantuan saja tidak cukup tanpa eksekusi yang maksimal di lapangan.
Untuk memutus mata rantai penularan, Dinkes Sulsel akan mendorong skrining masif dengan Skrining X-Ray pada orang yang diduga kontak erat dengan penderita. Penyisiran kasus aktif juga akan digencarkan di semua faskes.
Namun, Ishaq menyadari bahwa teknologi saja tak cukup. Ia meluncurkan pesan khusus untuk melawan stigma yang menjadi salah satu penghambat terbesar.
“Kami juga imbau agar jangan malu karena ini takdir Allah, penyakit ini bisa disembuhkan asal berobat yang teratur sampai tuntas, obatnya gratis di puskesmas. Cukup rawat jalan saja. Penderita batuk yang tidak biasa segera ke puskesmas untuk periksa,” serunya.
Daftar Lengkap Kasus TBC se-Sulsel, jumlah kasus di 24 kabupaten/kota (Januari-September 2025):
* Kota Makassar: 6.627
* Kabupaten Gowa: 1.234
* Kabupaten Bone: 1.185
* Kabupaten Wajo: 784
* Kota Palopo: 758
* Kabupaten Jeneponto: 739
* Kabupaten Pangkep: 706
* Kabupaten Takalar: 703
* Kabupaten Bulukumba: 687
* Kabupaten Maros: 639
* Kota Parepare: 630
* Kabupaten Bantaeng: 628
* Kabupaten Pinrang: 617
* Kabupaten Luwu: 491
* Kabupaten Sidrap: 477
* Kabupaten Sinjai: 452
* Kabupaten Luwu Timur: 407
* Kabupaten Luwu Utara: 383
* Kabupaten Soppeng: 366
* Kabupaten Barru: 332
* Kabupaten Toraja Utara: 295
* Kabupaten Kepulauan Selayar: 267
* Kabupaten Tana Toraja: 255
* Kabupaten Enrekang: 172
* Total: 19.834 orang
Di balik upaya keras ini, tantangan nyata masih menghadang. Ishaq tak menampik sejumlah masalah krusial, seperti kekurangan tenaga medis terlatih untuk menangani TBC Resisten Obat.
Juga masih tingginya angka putus berobat akibat stigma masyarakat dan beralihnya pasien ke pengobatan tradisional.
Ditambah kurangnya kepatuhan pasien karena minimnya pendampingan dari keluarga dan tenaga kesehatan.
“Dengan segudang hambatan dan waktu yang terus berjalan, perang Sulsel melawan TBC masih panjang. Setiap nyawa yang melayang adalah alarm darurat yang menuntut aksi lebih cepat dan konkret dari semua pihak,” tutup Ishaq. (HL)