Rastranews.id, Makassar – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) memperkuat komitmennya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi biru yang berkelanjutan melalui program bantuan sarana prasarana budidaya rumput laut. Fokus utama tahun 2025 adalah kawasan Luwu Raya, meliputi Kota Palopo, Kabupaten Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur.
Program prioritas Pemerintah Provinsi Sulsel ini, bertujuan mewujudkan pengelolaan sumber daya laut yang ramah lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Pada tahun ini, Pemprov Sulsel melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) dengan duketani ungan penuh DPRD Sulsel, menargetkan penyaluran 2.000 paket bantuan. Setiap paket berisi 300 kilogram bibit rumput laut dan 250 pelampung (buoy) ramah lingkungan.
Kepala DKP Sulsel, Muhammad Ilyas, menegaskan bahwa bantuan ini merupakan langkah strategis untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan produksi rumput laut, sekaligus memberikan dukungan langsung bagi kapasitas dan daya saing petani.
“Program ini merupakan upaya Pemerintah Provinsi Sulsel untuk membantu para pembudidaya rumput laut kita dan upaya kita untuk tetap mempertahankan volume produksi dan bahkan meningkatkannya,” ujar Ilyas, dalam keterangan tertulis, Jumat (5/9/2025)
Lebih dari itu, program ini juga mengusung misi pelestarian lingkungan dengan mengubah kebiasaan petani yang selama ini menggunakan botol plastik bekas sebagai pelampung.
“Bantuan ini juga mengkampanyekan budidaya ramah lingkungan dengan mengganti botol plastik bekas dengan buoy khusus rumput laut yang bisa bertahan beberapa siklus dan dapat didaur ulang setelah bocor,” jelas Ilyas.
Ia berharap langkah ini berdampak signifikan pada peningkatan pendapatan pembudidaya. Catatan produksi tahun 2024, volume rumput laut Sulsel mencapai sekitar 4 juta ton basah, mengukuhkannya sebagai salah satu lumbung rumput laut nasional.
Dalam program ini, setiap petani diminta menukarkan 500 botol plastik yang biasa mereka gunakan dengan 250 buoy baru. Targetnya, terkumpul 1 juta botol plastik. Botol-botol bekas tersebut kemudian dijual kepada pengumpul, dan hasil penjualannya dikembalikan sepenuhnya kepada petani sebagai nilai tambah, di samping penerimaan pelampung barunya.