JAKARTA – Di tengah tantangan perubahan iklim dan krisis lingkungan, PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC) memilih jalur keberlanjutan sebagai strategi inti bisnisnya. Bukan sekadar jargon, OCBC menggerakkan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST) ke dalam seluruh operasional.

Mulai dari struktur gedung ramah lingkungan, pembiayaan hijau, hingga inisiatif sosial berbasis ekonomi sirkular dan mode berkelanjutan. “Keberlanjutan bagi kami bukan hanya kewajiban moral, tapi fondasi membangun bisnis yang tangguh dan bertanggung jawab,” ujar Heriyanto, Direktur OCBC.

Ia lalu menegaskan posisi keberlanjutan sebagai elemen strategis, bukan pelengkap. Sehingga OCBC memulai upaya dari dalam seperti OCBC Space di BSD, salah satu kantor utamanya, yang telah meraih sertifikasi bangunan hijau IFC EDGE: Advanced (Zero Carbon Ready).

Pencapaian ini diraih lewat efisiensi energi, pengelolaan air, serta teknologi hemat energi yang diterapkan secara menyeluruh.

OCBC juga tercatat sebagai bank pertama di Indonesia yang membeli Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN untuk mendorong pemanfaatan energi terbarukan. Untuk mengimbangi emisi yang tak bisa dihindari, OCBC mengambil langkah lebih jauh dengan pembelian karbon kredit dari Bursa Karbon Indonesia.

Tidak hanya dari sisi operasional, OCBC juga memperluas pengaruhnya lewat jalur pembiayaan. Hingga akhir 2024, bank ini telah menyalurkan Rp37,85 triliun untuk pembiayaan berkelanjutan, naik 17% secara tahunan, dengan 42% di antaranya melalui Green Financing dan Sustainability-linked Loan (SLL).

Melalui skema SLL, OCBC membuka peluang pembiayaan untuk seluruh sektor industri, selama mereka memiliki Key Performance Indicator (KPI) keberlanjutan yang terukur dan ambisius.

Sejumlah sektor yang sudah tersentuh antara lain kelapa sawit, kehutanan, manufaktur kimia, dan properti, bahkan hingga proyek dengan target dampak sosial.

Di luar SLL, OCBC juga aktif membiayai proyek-proyek energi terbarukan, pengelolaan SDA, pengolahan limbah, hingga proyek green building dan green mortgage. Sebagai pelopor, OCBC juga menjadi bank pertama di Indonesia yang menerbitkan Green and Gender Bond dengan nilai maksimal Rp2,75 triliun.

Komitmen OCBC tidak berhenti pada angka. Mereka juga aktif menggerakkan perubahan sosial dan lingkungan melalui program sosial terintegrasi.

Pada 2024–2025, bersama OCBC Group, mereka menargetkan penanaman 21.000 lebih bibit mangrove di pesisir strategis, mulai dari Bangka Belitung, Jawa bagian utara, Bali, hingga Sulawesi Selatan. Gerakan ini melibatkan karyawan dan didanai dari program pengelolaan limbah berbasis circular economy.

Yang tak kalah menarik, OCBC melahirkan inisiatif “circular fashion”, sebuah pendekatan yang menggabungkan kreativitas mode, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan UMKM. Bersama Adrie Basuki (desainer mode berkelanjutan) serta mitra sosial seperti Precious One, Rappo, dan XS Project, OCBC menyulap seragam batik bekas karyawan menjadi busana dan aksesori bernilai tinggi.

“Circular fashion ini adalah bentuk inovasi yang menghubungkan UMKM, lingkungan, dan gaya hidup. Kami ingin memperluas makna keberlanjutan ke dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Aleta Hanafi, Brand & Communication Division Head OCBC.

Koleksi ini meliputi tote bag, laptop sleeve, vest, pouch, notebook, hingga key cover dan bandana—semuanya berbahan dasar batik daur ulang. Produk-produk tersebut dijual melalui Gerobak CSR, dan hasilnya digunakan untuk mendukung program penanaman mangrove.