Rastranews.id, Makassar – Jelajah Sampah Makassar kini menjadi gerakan kolaboratif besar yang digencarkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Makassar untuk membangun kesadaran lingkungan masyarakat di 15 kecamatan.

Program Jelajah Sampah Makassar ini diproyeksikan menjadi motor penggerak menuju terwujudnya Makassar Bebas Sampah 2029 di era kepemimpinan Wali Kota Munafri Arifuddin dan Wakil Wali Kota Aliyah Mustika Ilham.

Rangkaian program Jelajah Sampah Makassar dimulai sejak 19 November 2025 dan dilaksanakan secara serentak di seluruh kecamatan hingga 15 Desember 2025.

DLH menegaskan bahwa inisiatif ini bukan sekadar agenda seremonial pengelolaan sampah, melainkan gerakan edukatif yang mendorong partisipasi masyarakat serta membentuk budaya baru pengolahan sampah dari tingkat rumah tangga hingga relasi antar komunitas.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, Helmy Budiman, menegaskan bahwa Jelajah Sampah Makassar merupakan momentum penting untuk mengembalikan peran masyarakat sebagai komponen utama keberhasilan lingkungan hidup.

Ia menjelaskan bahwa program ini mendorong masyarakat mengenali persoalan sampah dari lingkungan terdekat sambil belajar cara berkontribusi nyata sebagai bagian dari solusi.

Menurutnya, perubahan signifikan tidak akan tercipta tanpa keterlibatan langsung masyarakat, sebab menjaga bumi membutuhkan tindakan nyata, bukan hanya wacana.

Jelajah Sampah Makassar dirancang agar edukasi lingkungan dapat diterima sejak dini hingga usia dewasa.

Beragam kegiatan ditampilkan di setiap kecamatan, mulai dari pelatihan pemilahan sampah dan teknik daur ulang.

Kemudian pameran produk serta kreasi ramah lingkungan, edukasi publik melalui ruang diskusi komunitas, hingga kegiatan aksi bersih yang mengajak masyarakat langsung turun ke lapangan.

Untuk menjadikan acara semakin inklusif dan menarik, masyarakat juga disuguhi aktivitas sosial seperti pasar murah dan layanan cek kesehatan gratis sehingga manfaat yang dihadirkan lebih luas daripada sebatas isu lingkungan.

Dukungan dari komunitas menjadi kekuatan terbesar dalam pelaksanaan Jelajah Sampah Makassar.

Pelajar, relawan, organisasi lingkungan, tokoh masyarakat, dan kelompok pemuda ikut memperluas jangkauan gerakan hingga ke wilayah-wilayah yang selama ini tidak tersentuh edukasi lingkungan secara intensif.

DLH menilai bahwa keterlibatan komunitas berhasil mengubah kampanye pengelolaan sampah menjadi gerakan perubahan perilaku yang lebih organik dan emosional.

Program Jelajah Sampah Makassar juga menghasilkan dampak nyata dalam pengurangan sampah.

Data di sejumlah titik memperlihatkan capaian yang signifikan. Di Kecamatan Mariso, kegiatan ini mengumpulkan 64,4 kilogram sampah organik dan anorganik.

Di Kecamatan Wajo jumlahnya lebih besar, mencapai 135,25 kilogram.

Sementara di Kecamatan Manggala, partisipasi masyarakat meningkat drastis dengan capaian 208,3 kilogram.

DLH memprediksi angka ini akan terus meningkat hingga program berakhir.

Helmy Budiman menekankan bahwa angka tersebut bukan hanya statistik, tetapi simbol kekuatan kolaborasi masyarakat, pemerintah, dan komunitas.

Ia yakin jika momentum ini dipertahankan, cita-cita menjadikan Makassar sebagai kota besar pertama di Indonesia dengan sistem pemilahan sampah terintegrasi dari hulu ke hilir akan menjadi kenyataan.

Roadmap pengelolaan sampah berbasis pemilahan komunal telah disusun dan program Jelajah Sampah Makassar menjadi salah satu pintu menuju transformasi besar tersebut.

Program ini akan berakhir pada 15 Desember 2025 di Kecamatan Mamajang dan sekaligus menjadi puncak apresiasi bagi seluruh pihak yang telah berkontribusi.

DLH berharap semangat edukasi dan kolaborasi yang dibangun selama Jelajah Sampah Makassar tetap terus mengakar di setiap kecamatan, sehingga perubahan perilaku pengelolaan sampah dapat berlangsung jangka panjang dan bukan sekadar tren sesaat. (MU)