TAKALAR, SULSEL – Kabupaten Takalar menargetkan perputaran omzet hingga Rp1 miliar per tahun dari koperasi desa (Kopdes) yang kini tengah dikembangkan sebagai pusat ekonomi berbasis masyarakat. Target ambisius ini mencuat bersamaan dengan peresmian 80 ribu Koperasi Desa Merah Putih secara serentak oleh Presiden RI Prabowo Subianto, Senin (21/7/2025).

Takalar bukan sekadar ikut serta, tapi ditunjuk sebagai pilot project digitalisasi koperasi desa untuk wilayah Sulawesi Selatan. Koperasi Merah Putih di Desa Aeng Batu-Batu kini menjadi wajah baru koperasi modern yang digerakkan dengan sembilan unit usaha sekaligus mulai dari sembako, LPG, apotek, hingga layanan simpan pinjam syariah.

“Kalau koperasi dikelola serius dan profesional, dengan digitalisasi dan transparansi, maka potensi perputaran uang bisa sangat besar. Dari sembilan unit usaha aktif ini, target omzet bisa menembus Rp1 hingga Rp2 miliar per tahun,” tegas Bupati Takalar, H. M. Firdaus Dg Manye.

Ia mencontohkan, dari satu sektor saja, yakni penjualan LPG, dengan potensi omzet sudah bisa menyentuh Rp15 juta per bulan jika 500 rumah tangga rutin membeli gas dengan margin Rp3.000 per tabung. “Itu baru dari satu unit. Belum dari klinik, apotek, alsintan, hingga gerai alat tulis,” katanya.

Koperasi Aeng Batu-Batu telah mengadopsi sistem digitalisasi penuh: EDC, QRIS, manajemen stok otomatis, dan pencatatan keuangan real-time. Hal ini membuat pengelolaan lebih profesional dan minim risiko kebocoran anggaran.

Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman menyebut, saat ini Sulawesi Selatan telah menyelesaikan pendirian 3.059 koperasi desa lengkap dengan akta resmi. Ia berharap model digitalisasi seperti yang diterapkan di Takalar bisa direplikasi ke daerah lain.

“Ini adalah amanah Presiden agar ekonomi berputar langsung di desa. Takalar menjadi contoh, dan pesan saya sederhana: belanja di koperasi desa!” ujar Gubernur Andi Sudirman.

Saat ini pendanaan koperasi masih bersumber dari alokasi dana desa internal, namun pemerintah daerah berencana memperkuatnya lewat pinjaman koperasi dan skema pendanaan lainnya. Proyeksi tambahan modal bisa mencapai Rp500 juta hingga Rp1 miliar.

Dengan jumlah penduduk sekitar 5.000 jiwa atau lebih dari 1.000 kepala keluarga, koperasi desa di Takalar bukan hanya sekadar tempat jual beli, tapi menjadi mesin ekonomi mikro yang terukur, efisien, dan modern.