Rastranews.id, Manado – Sebuah operasi cyber menggulung Wahyu Firmansyah (23) di Desa Totolan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Selasa (23/9/2025). Pemuda yang diduga sebagai hacker “Bjorka” ini ditangkap di rumah kekasihnya dan telah dibawa ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan intensif.

Penangkapan ini menyisakan protes dari keluarga yang merasa dikucilkan dari proses hukum dan khawatir dengan nasib sang anak.

Penangkapan oleh Tim Cyber Polda Metro Jaya, yang berkoordinasi dengan Resmob Polda Sulawesi Utara, menciduk Wahyu di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, yang sehati kemudian, ia sudah diamankan ke Jakarta.

“Iya benar, masih dalam pemeriksaan PMJ (Polda Metro Jaya),” ujar Katim Resmob Polda Sulut, Kompol Frelly Sumampow, Jumat (3/10/2025).

Kabar penangkapan itu seperti petir di siang bolong bagi keluarga Wahyu di Manado. Nesa Taha, adik kandungnya, mengaku tidak menyangka sang kakak memiliki kemampuan khusus di bidang teknologi.

“Kami tidak tahu, karena memang dia sudah lebih dari satu tahun pergi dari rumah,” jelas Nesa.

Wahyu, yang merupakan yatim piatu, diketahui telah tinggal di rumah kekasihnya di Totolan selama lebih dari setahun.

Keluarganya yang terdiri dari adik, paman (Idris Taha), dan tantenya (Risna Taha dan Ririn Taha) tinggal di Kampung Komo Dalam, Manado.

Keluarga mengaku tidak dihubungi sama sekali oleh pihak kepolisian saat penangkapan terjadi. Mereka justru mengetahui informasi tersebut dari keluarga kekasih Wahyu.

“Itupun mereka hanya bilang (ke polisi bahwa Wahyu) sudah yatim piatu, padahal masih ada keluarga di sini. Otomatis polisi langsung bawa ke Jakarta,” ujar Risna Taha dengan suara bergetar.

Merasa dipinggirkan, Idris dan Nesa berusaha menuju Kakas untuk menemui Wahyu yang kabarnya diinapkan di sebuah hotel.

Sayangnya, upaya mereka sia-sia. Mereka lalu menuju Polsek Kakas, namun hanya disarankan untuk mengecek ke Polda Sulut. “Nesa sempat mengamuk di sana karena ini adiknya sendiri, tapi kenapa tidak bisa bertemu,” kisah Idris.

Hingga berita ini diturunkan, keluarga masih gelap akan informasi terbaru mengenai Wahyu. Idris mengaku hanya memiliki kontak penyidik Polda Metro Jaya yang tidak pernah merespons panggilannya. “Terakhir direspons itu keluarga cuma diminta ke Jakarta,” terangnya.

Sayangnya, himpitan ekonomi membuat mustahil bagi mereka untuk berangkat ke Ibu Kota. “Sehari-hari kami hanya berjualan makanan keliling di Kawasan Megamas Manado,” ujar Idris.

Kekhawatiran akan keselamatan dan perlakuan terhadap Wahyu pun menghantui keluarga. Risna berharap, jika nantinya terbukti bersalah, Wahyu bisa menjalani masa tahanannya di Manado.

“Karena di Jakarta tidak punya siapa-siapa. Tidak ada yang bisa cek apakah dia diperlakukan layak, apakah dia bisa makan,” tuturnya dengan linangan air mata. (HL)