Alurnya terpantau mulai dari pesisir barat Bengkulu hingga barat Sumatra Barat, Laut Natuna hingga Laut China Selatan, pesisir utara Jawa Tengah hingga Jawa Timur, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur hingga Nusa Tenggara Barat, Laut Banda, Maluku hingga Gorontalo, hingga Papua dan Papua Barat Daya.
Fenomena tersebut menjadi faktor tambahan yang memicu pertumbuhan awan hujan di wilayah-wilayah tersebut.
Selain faktor global dan regional, kondisi atmosfer lokal juga berperan.
BMKG menyebut, labilitas atmosfer yang relatif kuat serta kelembapan udara yang tinggi memperbesar peluang terbentuknya awan konvektif.
Awan inilah yang kerap menjadi pemicu hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang.
Dengan mempertimbangkan seluruh faktor dinamika atmosfer tersebut, BMKG kembali mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem hingga awal Oktober 2025.
“Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, serta gelombang laut tinggi,” tulis BMKG. (MA)