Dinamika Atmosfer Global dan Regional
Sejumlah faktor global, regional, dan lokal turut mendukung pembentukan awan hujan di Indonesia.
Secara global, Dipole Mode Index (DMI) negatif −1,15 berperan dalam meningkatkan pasokan uap air di wilayah barat Indonesia.
Pada skala regional, anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) yang dominan bernilai negatif terpantau di sebagian Sumatra selatan, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan sebagian besar wilayah utara Indonesia.
Hal ini menunjukkan adanya aktivitas atmosfer yang mendukung pertumbuhan awan hujan.
Selain itu, aktivitas gelombang atmosfer seperti Rossby Equatorial dan Kelvin juga masih aktif di sebagian Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi utara, serta Papua selatan.
Kondisi ini semakin meningkatkan potensi konveksi yang berujung pada pembentukan awan hujan.
BMKG memperkirakan dalam tiga hari ke depan, Siklon Tropis Bualoi akan bergeser menuju Laut China Selatan dengan kecepatan angin 65–85 knot dan tekanan minimum 965 hPa.
Kondisi ini membentuk daerah konvergensi (perlambatan angin) dan konfluensi (pertemuan angin) di sekitar Laut China Selatan, perairan selatan Filipina, hingga Samudra Pasifik utara Maluku Utara dan Papua.
Akibatnya, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih akan terjadi di wilayah Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua Barat Daya.
BMKG juga mencatat adanya sejumlah daerah perlambatan dan pertemuan angin yang memanjang di berbagai wilayah Indonesia.