MAKASSAR, SULSEL – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena suhu dingin atau bediding masih akan terjadi hingga September 2025, terutama di wilayah-wilayah yang kini telah memasuki musim kemarau.
Fenomena bediding ini terjadi karena pengaruh angin timuran yang kini mendominasi. “Bediding ini diakibatkan karena saat ini berada di musim kemarau, yang ditandai dengan dominasi angin timuran yang bersifat kering dan dingin. Fenomena ini umum terjadi pada bulan Juli sampai September,” dalam rilis BMKG, dikutip Sabtu (19/7/2025).
Angin timuran yang kering dan dingin ini diperkuat dengan kondisi langit cerah tanpa awan, yang mempercepat proses pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer pada malam hari. Akibatnya, suhu udara saat malam dan dini hari menjadi lebih rendah dibanding biasanya.
Meskipun kemarau diperkirakan dimulai sejak April hingga Juni, sebagian wilayah masih mengalami hujan akibat gangguan atmosfer seperti gelombang Rossby, Kelvin, dan Madden-Julian Oscillation (MJO). Hal ini membuat transisi ke musim kemarau di beberapa wilayah sedikit mundur.
Sementara itu, Prakirawan Cuaca BMKG Wilayah IV Makassar, Muhammad Sultan Djakaria, juga mencatat tren penurunan suhu dalam beberapa waktu terakhir di kawasan Sulawesi Selatan. Ia menyebut bahwa suhu minimum di Makassar yang biasanya berkisar 24 derajat Celsius, kini bisa turun hingga 21 derajat Celsius.
“Betul, beberapa waktu terakhir ini suhu terasa lebih dingin dari biasanya. Ini menunjukkan pola cuaca yang wajar di musim kemarau, terutama karena pengaruh angin timuran dan kondisi langit cerah,” ujarnya.
Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kesehatan selama musim kemarau panjang, mengingat suhu dingin terutama di malam hingga dini hari bisa memicu gangguan kesehatan, terutama pada anak-anak dan lansia.