GOWA, SULSEL — Festival tahunan Beautiful Malino 2025 tak hanya tampil sebagai perayaan budaya dan keindahan alam, namun juga menjadi penggerak ekonomi yang signifikan bagi Kabupaten Gowa. Mengusung tema “Colours of Culture”, festival ini ditargetkan mampu mencetak perputaran uang hingga Rp10 miliar, atau hampir dua kali lipat dari capaian tahun sebelumnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa, Ratnawati, mengungkapkan bahwa penyelenggaraan tahun ini diperluas menjadi lima hari, dari tanggal 9 hingga 13 Juli 2025, sebagai upaya meningkatkan nilai transaksi ekonomi selama event berlangsung.

“Tahun lalu dalam tiga hari penyelenggaraan, Beautiful Malino berhasil menghasilkan Rp5,9 miliar. Tahun ini target kita bisa dua kali lipat, antara Rp9 hingga Rp10 miliar. Karena selain durasi diperpanjang, aktivitas ekonomi masyarakat juga lebih terorganisir dan difasilitasi dengan lebih baik,” ujar Ratnawati, Minggu (6/7/2025).

Dari sisi kunjungan, pemerintah menargetkan 100.000 wisatawan datang khusus untuk Beautiful Malino. Secara keseluruhan, Gowa menargetkan 900 ribu kunjungan wisatawan sepanjang 2025, dan hingga pertengahan tahun ini sudah terealisasi sekitar 400 ribu pengunjung. Untuk wisatawan mancanegara, ditargetkan 2.000 orang hadir tahun ini, meski hingga kini baru 300 wisman tercatat masuk.

Festival yang digelar di kawasan Hutan Pinus Malino ini menawarkan beragam kegiatan budaya, pertunjukan seni, workshop kreatif, hingga area kuliner dan UMKM. Sebanyak 40 tenant telah disiapkan, termasuk 15 UMKM lokal yang akan menempati zona strategis di area pinus, serta 25 pelaku kuliner yang menyuguhkan sajian khas daerah.

Direktur Double Helix Indonesia, Faizal Riski Tawil, menyebut bahwa pengalaman pengunjung tahun ini akan lebih nyaman dengan sejumlah pembaruan. Salah satunya adalah pembukaan zona Magical Forest yang bisa diakses gratis, berada di tengah area UMKM, untuk mendorong interaksi ekonomi langsung antara pengunjung dan pelaku usaha lokal.

Tiket masuk Beautiful Malino tetap dipatok di harga Rp10 ribu, namun pembelian daring dikenai biaya administrasi dan pajak, sehingga total menjadi Rp12.500. Tiket sudah dapat dibeli sejak sekarang dan berlaku sekali masuk.

Fasilitas pendukung juga diperkuat, termasuk 9 titik parkir dan sistem shuttle menggunakan bus dan ojek lokal dari kantong parkir ke lokasi festival, untuk mengatasi kemacetan yang biasa terjadi saat puncak acara.

Untuk pengunjung yang ingin berkemah, tersedia area Culture Camp lengkap dengan pilihan 3 jenis tenda, serta fasilitas kebersihan dan pengelola lokal.

Pihak penyelenggara juga memastikan setiap hari memiliki nuansa dan genre berbeda untuk menciptakan pengalaman yang unik. Dari Malino Fashion Week bertema Curak Lakba, hingga Cultural Carnival dengan partisipasi lebih dari 50 SKPD, dan konser penutup dari Maliq & D’Essentials, seluruh agenda disusun agar pengunjung terus penasaran dan kembali hadir setiap harinya.

“Dengan konsep Aman, Nyaman, dan Memorable, kami ingin festival ini tak hanya jadi pesta budaya, tapi juga sumber penghidupan masyarakat. Ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif kita dorong tumbuh bersama,” kata Ratnawati.

Beautiful Malino 2025 menjadi harapan besar bagi Gowa untuk kembali masuk dalam kalender event nasional. Karena sejak pertama digelar, festival ini baru satu kali tercatat dalam daftar resmi Kemenparekraf.

Dengan kolaborasi antara pemerintah, pelaku seni, UMKM, dan masyarakat, Beautiful Malino 2025 tak hanya merayakan budaya, tapi juga menjanjikan dampak ekonomi riil bagi Gowa dan Sulawesi Selatan.