POSO, SULTENG – Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah bertambah. Berdasarkan perkembangan data di lapangan, korban jiwa dua orang setelah salah satu jemaat gereja yang sempat kritis meninggal dunia di RSUD Poso.

Saat gempa mengguncang, para jemaat tengah mengikuti ibadah pagi. Material kayu dan batako dari bangunan gereja yang masih dalam tahap konstruksi runtuh menimpa mereka. Peristiwa itu mengakibatkan dua orang meninggal, sembilan orang luka berat, dan 32 orang luka ringan.

Menindaklanjuti kondisi tersebut, Bupati Poso Verna G.M. Inkiriwang menetapkan status tanggap darurat selama 24 hari, mulai 18 hingga 31 Agustus 2025.

Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan No. 100.3.3.2/0580/2025. “Langkah ini menjadi respon cepat pemerintah daerah untuk memastikan penanganan darurat berjalan optimal,” tegas Verna.

Ia juga menekankan pentingnya memperkuat struktur bangunan tahan gempa. Pemerintah daerah bersama BNPB mendorong penggunaan kawat anyam pada dinding atau tembok agar rumah lebih aman.

Verna menegaskan, pembangunan rumah tidak hanya soal tempat tinggal, tetapi juga menyangkut keselamatan penghuni.

Usai meninjau lapangan, Kepala BNPB Suharyanto memimpin rapat koordinasi di Kantor Bupati Poso. BNPB langsung menyalurkan bantuan logistik, antara lain 100 paket sembako, 50 paket hygiene kit, 100 selimut, 100 matras, 50 velbed, 200 paket makanan siap saji, 3 tenda pengungsi, 25 tenda keluarga, serta paket khusus untuk balita dan kelompok rentan.

BNPB bersama BPBD Poso terus berkoordinasi mempercepat pemenuhan kebutuhan warga terdampak. Masyarakat diimbau tetap tenang, waspada terhadap potensi gempa susulan, dan hanya mengikuti informasi resmi dari BMKG, BPBD, dan BNPB.(HL)