MAKASSAR, SULSEL – Kebangkitan film lokal semakin nyata di layar bioskop Indonesia. Data Cinepoint.com mencatat, tujuh dari sepuluh film terlaris sepanjang Januari–Juli 2025 adalah produksi dalam negeri.

Fenomena ini menegaskan daya saing sineas Indonesia yang kian kuat, baik di pasar domestik maupun internasional.

Kesuksesan film Jumbo dan Agak Laen di festival global, ditambah pertumbuhan pesat layanan streaming yang menjadikan Indonesia pasar anime dan VOD terbesar di Asia Tenggara dengan pendapatan mencapai USD 552 juta (Variety.com), memperkuat sinyal bahwa perfilman nasional sedang berada di momentum emas.

Namun, di balik capaian artistik dan komersial, keberlanjutan industri film masih ditentukan oleh pondasi finansial yang kokoh.

Produser Miles Film, Mira Lesmana, menegaskan pentingnya perencanaan keuangan sejak tahap awal produksi.

“Riset pasar dan kemitraan adalah landasan penting agar produksi tidak menemui tantangan besar. Setiap proyek harus disesuaikan kapasitas, mengenali penonton, dan kelola risiko bijak,” jelasnya.

Ia mendorong eksplorasi genre baru agar film Indonesia makin kompetitif di pasar global.

Menjawab kebutuhan itu, PT Bank Amar Indonesia Tbk. (Amar Bank) hadir sebagai mitra utama Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) Market 2025, forum industri film terbesar di Indonesia.

Melalui solusi keuangan digital, Amar Bank berupaya menciptakan ekosistem inklusif yang mendukung para sineas.

Josua Sloane, SVP MSME Amar Bank, menekankan perlunya disiplin keuangan dalam setiap proyek. “Disiplin pengelolaan keuangan dan pembiayaan fleksibel adalah kunci keberlangsungan. Sineas perlu membangun portofolio finansial sehat agar bisa menjalin kemitraan dengan investor,” ujarnya.

Dengan dukungan finansial yang tepat, industri film diharapkan tak hanya berjaya di layar bioskop domestik, tetapi juga bertransformasi menjadi bisnis kreatif berkelanjutan yang kompetitif di kancah global. (HL)