MAKASSAR, SULSEL – Niat dan kemampuan menabung masyarakat Indonesia mengalami penurunan pada Juli 2025, tercermin dari melemahnya Indeks Menabung Konsumen (IMK) menjadi 82,2 atau turun 1,6 poin dari bulan sebelumnya.

Pelemahan IMK ini terutama dipicu oleh komponen Indeks Waktu Menabung (IWM) yang anjlok 4,7 poin menjadi 90,5. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat menilai waktu saat ini kurang tepat untuk menabung.

Data menunjukkan penurunan signifikan pada persepsi masyarakat, dimana responden yang menilai saat ini waktu tepat menabung turun dari 28,9 persen menjadi 26,4 persen. Begitu pula dengan ekspektasi menabung 3 bulan ke depan yang merosot dari 42,6 persen menjadi 38,6 persen.

Menurut Direktur Group Riset LPS, Seto Wardono, pelemahan ini mencerminkan meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pada awal tahun ajaran baru. Kondisi ini memaksa masyarakat mengalihkan dana yang seharusnya ditabung untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak.

“Intensitas dan niat menabung konsumen melandai seiring dengan meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan,” jelas Wardono.

Menariknya, dampak pelemahan IMK tidak merata di semua segmen masyarakat. Kelompok berpendapatan rendah justru menunjukkan penguatan, dimana rumah tangga dengan pendapatan kurang dari Rp1,5 juta mengalami kenaikan 9,1 poin, sementara kelompok pendapatan Rp1,5-3 juta naik 3,1 poin.

Sebaliknya, kelompok menengah-atas mengalami tekanan yang berbeda. Rumah tangga berpendapatan Rp3-7 juta turun 3,2 poin, sedangkan kelompok berpendapatan di atas Rp7 juta turun 8,8 poin meski tetap berada di atas level 100.

Pelemahan IMK ini terjadi di tengah berbagai tantangan ekonomi lainnya, termasuk kenaikan harga sembako, serapan lapangan kerja yang melambat, dan biaya pendidikan yang terus meningkat. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun ada stimulus ekonomi jangka pendek, tekanan biaya hidup terutama pendidikan masih menjadi beban utama yang menghambat kemampuan masyarakat untuk menabung.

IMK dengan level di bawah 100 menunjukkan niat dan kemampuan menabung konsumen yang rendah, sementara level di atas 100 mengindikasikan kondisi sebaliknya. (HL)