LUWU, SULSEL – Ketegangan terjadi di kawasan pertambangan emas Luwu, Sulawesi Selatan. Puluhan warga dari Aliansi Anak Adat Ranteballa nekat memblokade total akses menuju lokasi tambang PT Masmindo Dwi Area (MDA) pada Jumat (8/8/2025). Aksi dipicu oleh janji-janji manis perusahaan yang tidak kunjung terealisasi.
“Kami sudah terlalu lama menunggu. Kesepakatan 26 Juni lalu hanya tinggal di atas kertas,” tegas Wartawan Pasande, Pemangku Adat Parengnge Sikapa-Ranteballa yang memimpin aksi tersebut, Sabtu (9/8/2025).
Blokade yang berlangsung selama lima jam ini bukan tanpa alasan. Warga menuduh PT Masmindo melakukan dua pelanggaran berat.
Pertama, dugaan manipulasi data kepemilikan lahan. Wartawan Pasande mengklaim banyak pembayaran kompensasi lahan yang diduga tidak sah karena tidak mengacu pada data kepemilikan tanah tahun 1995-1996. “Data yang digunakan perusahaan diragukan keasliannya. Ini bisa jadi penipuan besar-besaran,” tuding Pasande.
Kedua, diskriminasi dalam perekrutan tenaga kerja. Yang lebih menyakitkan bagi warga adalah praktik perekrutan yang dinilai tidak adil. Pemuda lokal malah dikesampingkan, sementara pekerja dari luar daerah yang hanya berbekal surat keterangan domisili justru mudah diterima.
“Ada mafia tenaga kerja di dalam perusahaan. Mereka yang seharusnya mendapat prioritas malah terabaikan,” kata Pasande dengan nada geram.
Aksi blokade yang dimulai pukul 13.00 Wita membuat lumpuh total aktivitas tambang. Kendaraan dan karyawan PT Masmindo terjebak, tidak bisa masuk maupun keluar area pertambangan. Situasi tegang ini memaksa manajemen perusahaan turun langsung ke lapangan.
CDA Manager PT Masmindo, Deamone Yusuf, akhirnya membuka pintu dialog. “Kami siap berdiskusi dengan perwakilan Aliansi Anak Adat Ranteballa untuk mencari solusi terbaik,” ujarnya.
Negosiasi alot selama dua jam pun dimulai. Kedua belah pihak saling beradu argumen hingga akhirnya tercapai kesepakatan baru. Putra Rante, salah satu perwakilan warga, mengonfirmasi adanya titik temu. “Kami telah menemukan kesepakatan. Sekarang tinggal menunggu realisasinya.”
Meski aksi berakhir damai sekitar pukul 18.00 Wita dengan dibukanya pagar blokade, ancaman serius masih menggantung. Warga memberikan ultimatum tegas kepada PT Masmindo.
“Ini peringatan terakhir kami. Jika kesepakatan kali ini dilanggar lagi, kami akan menutup permanen akses jalan menuju tambang,” ancam Putra Rante dengan tegas. (HL)