MAROS, SULSEL — Sejak Januari hingga April 202, wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali menghantui peternak di Desa Pattiro Deceng, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Sebanyak 120 dari 398 ekor sapi di desa ini dilaporkan terinfeksi PMK.

Wabah ini bukan hanya memukul sektor peternakan secara ekonomi, tapi juga menimbulkan tekanan psikologis bagi para peternak. Tidak sedikit sapi yang mengalami luka berat seperti cacat pada kuku, bahkan beberapa tidak bisa berdiri. Harga jual ternak pun anjlok hingga 85 persen dari harga normal.

Menanggapi situasi darurat ini, mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) melalui Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) bergerak cepat. Mereka menggagas program unggulan SATOA (Smart Agriculture Technology for Optimized Animal Farming) yang mengedepankan pendekatan berbasis teknologi dan edukasi kesehatan ternak.

Bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Maros, Pemerintah Desa Pattiro Deceng, UPTD Puskeswan Maros, serta relawan lintas fakultas Unhas, mereka menggelar vaksinasi massal dan pemberian vitamin gratis bagi hewan ternak, khususnya sapi.

Kegiatan vaksinasi dilakukan Kamis (31/7/2025) di tiga dusun yang termasuk wilayah paling terpencil dan sulit dijangkau di Pattiro Deceng, seperti Dusun Satoa, Ujung, dan Maddenge. Sebanyak 200 ekor sapi divaksin PMK dan Antraks, sekaligus diberi vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuh ternak.

Kegiatan ini melibatkan tim dokter hewan dari Unhas, mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan, dan Pertanian, serta Tim PPK Ormawa Himakaha FK Unhas.

“Kemarin itu PMK menyerang puluhan sapi di sini. Banyak yang luka kukunya dan tidak bisa berdiri. Alhamdulillah, kami merasa sangat terbantu dengan adanya vaksinasi ini,” ungkap Muh. Ashar, peternak lokal di Dusun Maddenge, dalam keterangannya, Sabtu (2/8/2025).

Kepala Desa Pattiro Deceng, Abdul Kadir, menyampaikan terima kasih dan apresiasinya kepada seluruh pihak yang terlibat. “Tim PPK Ormawa sudah membantu vaksinasi, vitamin, juga edukasi ke masyarakat. Ini luar biasa dan kami dari pemerintah desa siap mendukung program-program positif ke depannya,” ujar Abdul Kadir.

Sementara itu, drh. Nana, Kepala UPTD Puskeswan Maros, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menangani wabah hewan seperti PMK. “Kami sangat terbantu dengan kolaborasi ini. SDM kami terbatas, sehingga kerja sama dengan kampus menjadi kunci perluasan vaksinasi ke desa-desa lain,” ujarnya.

Ketua Himakaha FK Unhas, Ahmad Rayhan Putra Hasrun, menyebutkan pentingnya sinergi antarorganisasi mahasiswa.
“Kami turut membantu mulai dari rekrutmen relawan, pendampingan di lapangan, sampai administrasi. Ini bukti bahwa sinergi mahasiswa bisa menjawab tantangan nyata di masyarakat,” kata Rayhan. (HL)