MAKASSAR, SULSEL – Ratusan mahasiswa dari Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran di depan Menara Pinisi UNM, Jl AP Pettarani, Kamis (31/7/2025) sore.

Aksi demonstrasi ini, dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM yang melibatkan delapan fakultas yang ada di kampus orange tersebut.

Pantauan di lokasi, massa aksi memadati depan Menara Pinisi Jl AP Pettarani. Akibat pemblokiran jalan tersebut, arus lalu lintas mengalami kemacetan yang cukup panjang dan mengganggu aktivitas warga.

Tidak hanya menutup jalan, para demonstran juga sempat menahan sebuah mobil kontainer yang hendak melintas, sebagai bentuk simbolik dari aksi protes mereka terhadap sistem yang dianggap menghancurkan masa depan mahasiswa.

Dalam orasinya, massa aksi membawa spanduk dan poster yang berisi tuntutan serta kritik terhadap sistem pendidikan di kampus mereka.

Para mahasiswa menyuarakan penolakan terhadap berbagai praktik yang mereka nilai merugikan mahasiswa dan mencederai prinsip keadilan dalam dunia pendidikan.

Secara bergantian, para orator menyuarakan tuntutan mereka di atas mobil komando, sementara peserta aksi lainnya duduk berbaris di tengah jalan.

Mereka menilai, praktik komersialisasi pendidikan telah membuat kampus tidak lagi menjadi ruang belajar yang bebas dan merdeka, melainkan menjadi ladang bisnis.

“Pendidikan seharusnya hak seluruh rakyat, bukan dikomersialisasikan. Kampus bukan korporasi!” teriak salah satu orator dalam orasinya.

Mahasiswa mendesak pihak rektorat untuk segera membuka ruang dialog dan menjawab tuntutan yang mereka bawa secara transparan.

Menurut keterangan sejumlah peserta aksi, ini bukan kali pertama persoalan-persoalan tersebut disuarakan, namun dianggap tidak pernah ditanggapi serius oleh pimpinan kampus.

Presiden BEM UNM, Syamri, mengatakan, aksi ini dilakukan dengan membawa empat tuntutan penting yang menjadi keresahan mahasiswa dalam beberapa bulan terakhir.

“Pertama soal pengadaan jas almamater, karena temuan yang didapatkan di lapangan ternyata banyak mahasiswa yang hanya mendapatkan kwitansi, tidak mendapat almamaternya. Tuntutan kami, ada almamater sebelum pelaksanaan penerimaan mahasiswa baru,” kata Syamri.

Selain itu, mahasiswa juga menuntut kesetaraan dalam akses pendidikan, khususnya pada mata kuliah keagamaan.

“Kedua, kami juga menuntut pengadaan tenaga pendidik dan akses ruang belajar kepada mata kuliah keagamaan di luar agama Islam. Karena yang kita dapati juga di lapangan, banyak teman-teman yang terkesan diskriminatif,” ucapnya.

“Mereka yang program mata kuliah keagamaan, di luar agama Islam, tidak mendapatkan ruang pendidikan layak sebagaimana hak mereka,” lanjutnya.

Tuntutan ketiga, berkaitan dengan isu yang telah lama mencuat namun belum ditindaklanjuti secara jelas oleh pihak kampus, yakni praktik jual beli nilai.

“Keempat, kami juga menuntut pihak Universitas untuk menindaklanjuti praktik jual beli nilai. Ini sudah beberapa bulan bergulir dan sampai hari ini tidak ada kejelasan siapa oknum yang jadi tersangka, diberikan sanksi, dan lain sebagainya,” tuturnya.

“Seharusnya pihak Universitas bisa mengungkap siapa-siapa menjadi pelaku dari tubuh UNM sendiri,” tuturnya.