TALAUD, SULUT – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Talaud, Ordik Rampah menyebutknan, aktivitas belajar mengajar di sejumlah sekolah di Kabupaten Kepulauan Talaud terpaksa dihentikan sementara, Rabu (30/7/2025), menyusul peringatan dini tsunami yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Tsunami dinfokan muncul setelah gempa besar bermagnitudo 8,7 mengguncang wilayah pesisir timur Kamchatka, Rusia, pada pagi hari. Langkah cepat diambil BPBD Talaud sebagai bentuk antisipasi. Kepala BPBD Talaud, Ordik Rampah, mengatakan bahwa keputusan meliburkan sekolah dilakukan demi menghindari risiko dan menjaga ketenangan masyarakat, terutama anak-anak di kawasan pesisir.

“Begitu informasi dari BMKG kami terima, kami langsung mengeluarkan edaran peringatan dini dan memutuskan untuk meliburkan sekolah. Masyarakat Talaud sudah cukup familiar dengan kondisi seperti ini, jadi mereka tidak panik,” ujar Ordik.

BMKG mencatat gempa terjadi pukul 06.24 WIB, berpusat di koordinat 52,51° LU dan 160,26° BT, dengan kedalaman 18 kilometer. Gempa ini dipicu oleh aktivitas subduksi lempeng di Palung Kurile-Kamchatka.

Meskipun status yang dikeluarkan BMKG adalah Waspada, dengan potensi tsunami setinggi kurang dari 0,5 meter, sejumlah wilayah di Indonesia bagian timur tetap berada dalam jalur dampak. Wilayah yang masuk daftar perhatian termasuk Kepulauan Talaud, Gorontalo, Halmahera Utara, hingga Jayapura.

Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, memperingatkan bahwa masyarakat di pesisir harus tetap waspada dan tidak kembali ke pantai sebelum dinyatakan aman secara resmi. Ia menegaskan bahwa gelombang pertama bukan selalu yang paling besar. “Durasi tsunami lintas samudra bisa mencapai tiga jam. Jadi penting untuk tidak lengah,” katanya.

Kesiapsiagaan juga ditingkatkan oleh Basarnas. Deputi Basarnas, Ribut Eko Sulistyo, mengungkapkan bahwa seluruh kantor SAR di lima provinsi terdampak, yakni Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat – telah siaga penuh sejak peringatan dikeluarkan.

Di Sulawesi Utara, Kepala BPBD Adolf Tamengkel memastikan bahwa evakuasi telah dilakukan secara cepat dan terkoordinasi. Di Talaud, evakuasi warga ke tempat aman bahkan sudah berlangsung satu jam sebelum waktu kedatangan gelombang (ETA) yang diperkirakan.

Hal serupa juga terjadi di Gorontalo. Kepala BPBD Gorontalo, Bambang Trihandoko, menyatakan pihaknya langsung melakukan koordinasi lintas wilayah dan memastikan seluruh masyarakat, termasuk aparatur sipil negara (ASN), mendapatkan informasi resmi.

“Gubernur telah mengeluarkan imbauan, dan kami sudah menyampaikan informasi ke seluruh kecamatan,” kata Bambang.

Sementara itu, dari BNPB, Kepala Pusat Informasi dan Komunikasi Bencana, Abdul Muhari, mengingatkan bahwa potensi tsunami tidak boleh diremehkan walau ketinggiannya terlihat kecil. Ia menyinggung kembali tsunami Jepang 2011 yang menimbulkan korban jiwa di Papua akibat efek amplifikasi gelombang di wilayah teluk.

“Kita harus mengosongkan seluruh kawasan pesisir yang masuk zona ETA. Keselamatan adalah prioritas,” tegas Abdul.
Hingga saat ini, masyarakat diminta tetap tenang, mengikuti arahan dari petugas lapangan, dan hanya mempercayai informasi dari sumber resmi seperti BMKG dan BNPB.