MAKASSAR SULSEL — Di tengah kemajuan teknologi dan maraknya penggunaan media sosial di kalangan anak-anak dan remaja, sebuah film lokal dari Makassar, Sulawesi Selatan, hadir dengan pesan kuat, yaitu “jangan remehkan luka dari perundungan digital’.
Film berjudul Cyberbullying ini tak hanya menghibur, tapi juga menyentuh dan menyadarkan. Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Fatmawati Rusdi, memberikan apresiasi dan dukungan penuhnya terhadap film tersebut. Ia menyebut film ini sebagai upaya edukatif yang sangat dibutuhkan saat ini.
“Melalui film edukasi seperti ini, saya berharap masyarakat, orang tua, guru, dan terutama anak-anak dapat semakin sadar akan bahaya cyberbullying. Mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung perkembangan generasi muda kita,” ungkap Fatmawati, Kamis (24/7/2025).
Mantan Wakil Wali Kota Makassar ini juga menyampaikan harapan agar film tersebut memberi dampak nyata. “Selamat dan sukses untuk film Cyberbullying. Semoga membawa manfaat nyata bagi anak-anak kita,” ujarnya tulus.
Film ini digarap oleh sutradara Rusmin Nuryadin dan dibintangi oleh para aktor cilik asal Makassar, seperti Amanda, Tiel, Flyn, Makka, Habibi, dan Rajwa. Dijadwalkan segera tayang di bioskop, kisahnya menyuguhkan potret yang akrab bagi generasi digital.
Adalah Neira, gadis 13 tahun yang awalnya dikenal sebagai teladan di sekolah. Namun segalanya berubah ketika video konfrontasinya dengan seorang teman menjadi viral. Sejak saat itu, hidup Neira tidak lagi sama. Ia tenggelam dalam tekanan psikologis, menjauh dari lingkungan sosial, dan kehilangan arah.
Dalam upaya memulihkan Neira, keluarganya mengirimnya ke rumah sang kakek. Di tempat baru itu, ia mulai membangun kembali hidupnya. Ia menemukan nilai-nilai yang menuntunnya bangkit, dengan religiusitas, kemandirian, nasionalisme, dan semangat gotong royong.
Neira juga berinisiatif membangun taman baca dan tempat latihan Spelling Bee bagi anak-anak kurang mampu. Sebuah titik balik yang luar biasa terjadi ketika Neira kembali ke sekolah lamanya untuk ikut lomba Spelling Bee, dan meraih prestasi, sekaligus menutup luka masa lalu dengan kepala tegak.
Film Cyberbullying bukan hanya kisah fiksi, tapi cermin realitas yang akrab di kehidupan digital anak-anak zaman ini. Sebuah karya yang layak diapresiasi, dan menjadi pengingat bagi kita semua.