BULUKUMBA, SULSEL – Pemerintah Kabupaten Bulukumba bersama Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten (KPAK) menyuarakan keprihatinan atas meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS, yang kini didominasi oleh hubungan sesama jenis pria (Lelaki Seks Lelaki/LSL).

Data per Juni 2025 mencatat sebanyak 236 orang positif HIV/AIDS sedang menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral (ARV) di fasilitas layanan kesehatan Bulukumba. Dari jumlah tersebut, 115 kasus atau hampir separuhnya berasal dari kelompok LSL, menjadikannya faktor risiko penularan tertinggi di wilayah tersebut.

Hal itu terungkap dalam pertemuan koordinasi lintas sektor yang dipimpin Wakil Bupati Bulukumba, Andi Edy Manaf, selaku Ketua KPAK, pada Kamis (17/7/2025). Pertemuan ini bertujuan memperkuat strategi pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang kian kompleks.

“Dulu penularan HIV banyak melalui pengguna narkoba suntik (penasun), tapi sekarang sudah didominasi oleh hubungan sesama jenis pria,” ungkap Harni Ishak, perwakilan KPAK Bulukumba, dalam rilisnya yang diterima, Sabtu (19/7/2025).

Ia menjelaskan bahwa pola hubungan dalam komunitas LSL yang cenderung tidak konsisten dan sering berganti pasangan meningkatkan risiko penularan secara signifikan.

Selain LSL, data juga menunjukkan kasus dari pelanggan pekerja seks sebanyak 48 orang, waria 14 orang, penasun 8 orang, pasangan berisiko tinggi (risti) 18 orang, dan anak-anak 4 orang.

“Kasus HIV/AIDS di Bulukumba ini ibarat gunung es, yang terdeteksi baru sebagian kecil. Masih banyak yang belum terdata karena stigma sosial membuat penderita enggan memeriksakan diri,” tambah Harni.

Pemkab Razia Kost dan Edukasi di Sekolah
Meningkatnya angka ini mendorong Pemerintah Kabupaten Bulukumba mengambil langkah konkret. Wabup Edy Manaf menilai fenomena ini tidak terlepas dari dampak sosial akibat perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup, dan minimnya edukasi seksual yang sehat.

“Kita harus siap hadapi ini. Pemerintah dan semua pihak harus bergerak. Salah satu upaya konkret adalah razia rumah kos yang disinyalir menjadi tempat praktik perilaku menyimpang,” tegasnya.

Tak hanya itu, ia juga mendorong edukasi aktif di sekolah-sekolah untuk memberikan pemahaman sejak dini kepada pelajar tentang risiko penularan HIV/AIDS dan bahaya perilaku seksual berisiko.

“Anak sekolah sangat rentan terhadap pengaruh perilaku seperti LSL karena iming-iming uang dan gaya hidup instan. Kita tidak bisa diam,” ujarnya.

Edy Manaf menekankan pentingnya pendekatan yang bukan hanya represif, tetapi juga edukatif dan preventif. Ia menyoroti pentingnya menghapus stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) agar masyarakat mau terbuka untuk memeriksakan diri dan menjalani pengobatan.

“Kita tidak sedang menghakimi orientasi seksual siapa pun. Ini soal kesehatan publik dan masa depan generasi muda,” pungkasnya.

Selanjutnya, Pemda dan KPAK Bulukumba akan meningkatkan kolaborasi dengan instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, dan institusi pendidikan untuk memperluas cakupan edukasi, layanan medis, dan pelaporan kasus yang lebih baik.