Rastranews.id – 18 Juli bukan sekadar tanggal biasa dalam kalender dunia. Setiap tahunnya, tanggal ini diperingati sebagai Hari Internasional Nelson Mandela, momen global yang bukan hanya untuk mengenang seorang tokoh, tapi juga merayakan nilai-nilai perjuangan, pengampunan, dan harapan yang ia wariskan.
Hari ini, 18 Juli 2025, dunia kembali memperingati ulang tahun tokoh antiapartheid asal Afrika Selatan, Nelson Rolihlahla Mandela, yang lahir pada tanggal ini pada tahun 1918. Tema tahun ini adalah: “Masih di Tangan Kita untuk Memerangi Kemiskinan dan Ketidakadilan.”
Tema ini bukan sekadar slogan, melainkan pengingat bahwa semangat Mandela hidup dalam setiap tindakan kecil yang kita lakukan untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih adil dan manusiawi.
Bukan Hari Libur, Tapi Seruan untuk Bertindak
Berbeda dengan peringatan pada umumnya, Hari Mandela bukanlah hari libur. Sejak dideklarasikan secara resmi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada November 2009, Hari Mandela dirancang sebagai hari untuk beraksi, hari untuk melakukan kegiatan sukarela, pengabdian masyarakat, atau tindakan sederhana yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan.
Peringatan resmi PBB pertama berlangsung pada 18 Juli 2010, meski berbagai komunitas di dunia telah memulai perayaan ini sejak tahun sebelumnya, menyusul ajakan dari konser 46664 dan Yayasan Nelson Mandela.
Hari Mandela menjadi simbol bahwa setiap individu punya kekuatan untuk mengubah dunia, tak peduli sekecil apa pun kontribusinya.
Nelson Mandela bukan tokoh yang lahir dari jalan mulus. Lahir dari keluarga kerajaan suku Thembu, Mandela muda menempuh pendidikan hukum di Universitas Fort Hare dan University of Witwatersrand, lalu meniti jalan sebagai pengacara.
Namun di tengah penindasan apartheid oleh Partai Nasional kulit putih Afrika Selatan pada 1948, ia memutuskan berjuang. Mandela bergabung dengan Kongres Nasional Afrika (ANC), menjadi pendiri Liga Pemuda ANC, dan memimpin berbagai aksi damai menentang segregasi rasial.
Popularitasnya mencuat lewat Defiance Campaign tahun 1952 dan Congress of the People 1955. Namun perjuangannya tidak mudah. Ia berkali-kali ditahan, dan meskipun awalnya menolak kekerasan, pada 1961 ia mendirikan Umkhonto we Sizwe (MK), sayap militer ANC yang melancarkan serangan terhadap simbol-simbol rezim apartheid.
Pada 1962, Mandela ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas tuduhan sabotase dan makar. Ia menghabiskan 27 tahun hidupnya di balik jeruji besi, sebagian besar di Pulau Robben dan menjadi simbol global perlawanan terhadap tirani.
Setelah tekanan internasional dan gelombang perubahan di Afrika Selatan, Mandela akhirnya dibebaskan pada 1990. Empat tahun kemudian, ia mencetak sejarah sebagai Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan, dan juga presiden pertama yang terpilih secara demokratis oleh semua ras dalam pemilu multiras 1994.
Pemerintahannya tidak membalas dendam. Justru ia memilih jalan rekonsiliasi nasional, memberantas apartheid, mengurangi kemiskinan, dan merajut kembali persatuan bangsa yang terkoyak.
Meski dikritik oleh sebagian pihak sebagai sosok yang terlalu kompromistis atau dituduh simpatisan komunis, Mandela tetap menjadi simbol moral dunia. Ia menerima lebih dari 250 penghargaan internasional, termasuk Nobel Perdamaian 1993.
Mandela meninggal dunia pada 5 Desember 2013, tapi warisannya tetap hidup dalam hati jutaan orang. Setiap 18 Juli, dunia diingatkan bahwa perubahan bukan milik para pemimpin besar saja, tapi tanggung jawab setiap insan.
Menyumbang waktu 67 menit sesuai jumlah tahun ia mengabdi kepada masyarakat, menjadi salah satu cara populer memperingati Hari Mandela. Mulai dari kegiatan sosial, aksi kemanusiaan, atau sekadar membantu sesama.
Hari Mandela tahun ini bukan sekadar mengenang, tapi menghidupkan kembali semangat perlawanan terhadap ketidakadilan. Karena seperti kata Mandela sendiri: “It always seems impossible until it is done.” (Segalanya tampak mustahil sampai hal itu berhasil dilakukan.)